Monday, November 29, 2010

Ilmu Tasawuf : Tasawuf dan Kehidupan Kerohanian Nabi Muhammad


-->
TASAWUF DAN KEHIDUPAN KEROHANIAN
 NABI MUHAMMAD SAW

OLEH:
Tu'nas Fuaidah


Pendahuluan

Selama ini banyak sekali anggapan yang mengatakan bahwa ilmu tasawuf itu tidak berasal dari Islam, padahal ilmu tasawuf adalah pusaka keagamaan dalam Islam.
Dalam pada itu, kita sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri ber-Tuhan, tetapi naluri itu akan segera hilang apabila tidak selalu dipupuk dan dipelihara, terlebih-lebih akhir-akhir ini dunia telah dilanda dekadensi moral terutama generasi muda. Mereka lalai dalam melakukan syari’at Islam.
Terlepas dari hal itu maka tasawuf sangat perlu dipelajari, karena hal itu dapat dilihat dari konteks Jibril dengan Nabi yang menyimpulkan atas tiga segi ajaran pokok, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Yang dimana untuk mengetahui keimanan maka dipelajari ilmu ushuluddin, untuk mengetahui Islam maka dipelajari ilmu fiqih, sedangkan untuk mengetahui ihsan adalah dengan tasawuf. Karena tasawuf juga merupakan pemupuk iman, penyubur amal shaleh,. Pengontrol jiwa untuk mengingat dan bertakwa kepada Allah.

Pembahasan
  1. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu:
1.      al-Shuffah (ahl al-shuffah)
Kata ahl al-shuffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah. Mereka ini rela meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya di Makkah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah.
2.      saf (barisan)
Kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.
3.      Sufi (suci)
Kata sufi menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
4.      Suf (kain wol)
Kata suf menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.
5.      Shopos (bahasa Yunani: hikmah)
Menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini, segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu:
1.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan
Jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Jika definisi tasawuf tersebut diatas satu dan lainnya dihubungkan, maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

  1. Sumber Ajaran Tasawuf
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar Islam yang masuk kedalam Islam. Sebagian penulis misalnya ada yang berpendapat bahwa tasawuf dalam Islam banyak dipengaruhi oleh kristen diantara buktinya, Gold Zihen mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama nasrani, selanjutnya Nol Dicker mengatakan bahwa pakaian wol yang kasar yang telah digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh pendeta.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa tasawuf timbul karena pengaruh ajaran Hindu dan Budha, yakni antara tasawuf dan sistem kepercayaan ajaran Hindu Budha dapat dilihat dari adanya hubungan seperti sikap fakir. Al Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu, kemudian pula paham reikarnasi (perpindahan roh dari satu badan kebadan yang lain). Cara pelepasan dari dunia versi Hindu atau Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Terlepas dan ada atau tidaknya pengaruh dari luar ajaran Islam yang jelas dalam Islam sendiri banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang membawa kepada timbulnya tasawuf dan mendekatkan diri kepada Allah, ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan dekat dengan manusia, seperti dapat di lihat dalam surat al-Baqarah ayat :186.
Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiyah, dan kehidupan yang bersifat bathiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat bathiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sember ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah)(al-Maidah: 54); perintah agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah (at-Tahrim:8), petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada. Sebagaimana dalam al-Baqarah: 115, yang berbunyi:
ولله المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله ط إن الله واسع عليم
Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui).
 Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya (an-Nur: 35), selanjutnya al-Qur’an mengingatkan menusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan duniawi dan kemewahan harta benda yang menggiurkan sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al-Fatir ayat 5:
يأ يهاالناس إن وعد الله حق ج فلا تغرنكم الحيوة الدنيا ط ولا يغرنكم بالغرور
“hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, mak sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu.”
Dalam pemahaman kalangan sufi, ayat diatas menjadi salah satu dasar untuk menjauhi kehidupan dunia yang penuh dengan tipuan.
Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an di atas, al-Sunnahpun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini terdapat beberapa teks hadits yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf.
كنت كنزا مخفيا فأحبيت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى
“aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku.”
hadits berikutnya menyatakan:
“senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnat sehingga Aku mencintainya. Maka apabila mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang di a pakai untuk berusaha; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”
            Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan bisa bersatu. Diri manusia bisa lebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’, yaitu fana-nya makhluk sebagai yang mencintai kepada diri Tuhan sebagai yang dicintai.
            Selanjutnya di dalam kehidupan Nabi Muhammad juga terdapat petunjuk yang menggambarkan sebagai seorang sufi. Dan dikalangan sahabatpun adapula orang yang mengikuti praktek bertasawuf sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.

  1. Tujuan Tasawuf
Sebenarnya tujuan tasawuf adalah untuk berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah SWT dengan jalan mensucikan jiwanya yaitu dengan jalan melepaskan jiwanya dari jasadnya yang hanya menyadarkan pada kehidupan kebendaan, disamping itu juga melepaskan dari noda-noda dan sifat-sifat tercela.

  1. Tahannus Nabi dan Kehidupan Kerohanian Para Sahabatnya
1.      Tahannus Nabi
Di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi.
Sebelum Nabi diangkat sebagai utusan Allah (Rasulullah), bertahun-tahun beliau telah melakukan pengasingan diri ke gua Hiro’ dan memutuskan hubungannya sementara waktu dengan masyarakat sekitarnya, dia menjauhi pola hidup kebendaan seperti dalam praktek perdagangan yang menggunakan segala cara yang menghalalkan, untuk mencari kebersihan rohani menjelang datangnya wahyu.
Dalam tahannusnya di gua Hiro’ yang beliau kerjakan hanyalah senantiasa bertafakkur, berdzikir, beribadah kepada Allah dan hidup sederhana semata-mata hanya mengingat kepada Allah dengan ikhlas.
Selama bertahannus selama beberapa tahun akhirnya malaikat Jibril datang menyuruh membaca tetapi beliau belum bisa membaca, kemudian Jibril memeluknya hingga mengeluarkan keringat hingga pingsan dan akhirnya diajarkanlah kalimat tersebut. Saat ini dinamai dengan “Yaumul Furqan” artinya hari pemisahan. Maksudnya yaitu hari pemisahan antara kegelapan jahiliah dengan cahaya keIslaman. Kehidupan Muhammad dan riwayat perjuangannya selama 23 tahun adalah sumber hayat yang amat kaya bagi seluruh pengikutnya.
2.      Kehidupan Kerohanian Sahabat-sahabat Nabi
Kehidupan para sahabat Nabi yang utama itupun sebenarnya mengikuti contoh-contoh yang ditinggalkan Nabi. Hidup mereka sangat sederhana, wara’, tawadhu’ dan zuhud. Itu semua menunjukkan bahwasanya perhatian mereka semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Banyak sahabat-sahabat yang mengikuti jejak kehidupan Nabi, diantaranya :
a.       Abu Bakar
Abu Bakar hidup sangatlah sederhana ia hanya hidup dengan sehelai kain. Menurut pandangan hidup beliau adalah sifat dermawan itu sebagai buah dari taqwa,martabat adalah buah dari tawadhu’ dan kekayaan adalah buah dari keyakinan, beliau juga adalah orang yang sangat dermawan beliau menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan agama.
b.      Umar bin Khattabpun mempunyai jiwa bersih dan kesucian rohani yang begitu tinggi sehingga pangkat khalifah dengan dengan kekuasaan yang paling tinggi tidak mengurangi nilai kehidupan rohaninya. Yang menjadi dasar pandangan hidup beliau ialah sabar dan ridho, beliau mengatakan bahwa seluruh kebajikan dalam hidup yang jadi pokoknya adalah ridho, kalau engkau sanggup hendaklah engkau ridho dan kalau engkau tidak sanggup hendaklah engkau sabar. Beliaupun termasuk orang yang tinggi kasih sayang terhadap sesama manusia.
c.       Usman bin Affan
Usman bin Affan khalifah yang ketiga ini meskipun telah diberikan oleh Allah kelapangan rizqi, tetapi beliau masih ingin melaksanakan kerohanian dalam kesehariannya. Beliau adalah seseorang yang tidak pernah melepaskan al-Qur’an dari tangannya, ketika telah lepas dari menjalankan pemerintahan, beliau langsung menelaah al-Qur’an, kadang-kadang sampai tengah malam. Dan beliau terus menerus melakukan hal tersebut sehingga meninggalnyapun dibunuh oleh pemberontak ketika membaca al-Qur’an. Harta kekayaannya pun selalu dijadikan sarana untuk menolong orang-orang muslim.
d.      Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib sangat subur dalam hidup kerohanian pada dirinya. Pekerjaan dan cita-cita yang besar menyebabkan dia tidak perduli bahwa pakaian yang dipakainya robek-robek. Beliau mengatakan bahwa ia senang melakukan hal itu sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia.

BAB III
Kesimpulan


Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata yang menjelaskan tentang kata tasawuf, tapi dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa tasawuf menurut bahasa adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana dan rela berkorban untuk kebaikan.
Demikian juga menurut istilah sehingga tasawuf dapat diartikan upaya meltih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia.
Diantara sumber-sumber ajaran tasawuf adalah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.
Tujuan tasawuf yaitu untuk berada sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan mensucikan jiwa.
Nabi adalah seorang yang hidupnya selalu bertafakkur dan berdzikir kepada Allah. Dan kehidupan rohani para sahabat Nabi sangatlah mulia, mereka adalah orang yang zuhud, sabar dan selalu memberikan apa yang mereka miliki untuk kepentingan agama Allah.
Beberapa sahabat Nabi yang mengikuti jejak beliau diantaranya adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.

Daftar Pustaka

Hamka. 1995. Tasawuf dan Perkembangannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas

Nata, Abudin. 2002. Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Nasution, Harun. 1983. Falsafah dan Mistisisme, Jakarta: Bulan Bintang

Rosihon Anwar dan Mukhtar Sholihin. 2004. Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia

Zahri, Mustafa. 1995. Kunci memahami Ilmu Tasawuf , Surabaya: PT. Bina Ilmu


Tafsir Tarbawi


-->
TAFSIR TARBAWI
OLEH : TU’NAS FUAIDAH

1. Al-Alaq: 1-5
اقرء بسم ربك الذى خلق (1) خلق الانسان من علق (2) اقرء وربك الاكرم (3) الذى علم بالقلم (4) علم الانسان مالم يعلم (5)

Terjemah

    1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
    2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
    3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.
    4. Yang mengajar manusia dengan perantara qalam.
    5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Tafsir

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Tuhan yang mencipta dan mengadakan alam ini adalah kuasa menjadikan kamu pandai membaca, walaupun kamu tidak belajar lebih dahulu.
Kemudian Allah menjelaskan cara mencipta manusia dalam firmanNya :
Dia telah mencipta manusia dari segumpal darah.
Dzat yang kuasa menciptakan segumpal darah menjadi manusia hidup dan berpikir yang dapat menguasai seluruh makhluk bumi adalah kuasa pula menjadikan Nabi Muhammad saw bisa membaca sekalipun tidak pernah belajar membaca dan menulis.
Bacalah!
Perintah membaca ini diulang-ulang, karena membaca hanya dapat dicapai oleh seseorang dengan mengulang-ulang dan dibiasakan.
Dan Tuhanmulah paling pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia dengan perantara qalam
Tuhan yang Maha pemurah itu juga yang menjadikan qalam sebagai sarana untuk memberikan saling pengertian diantara manusia meski berjauhan, sebagaimana memahamkan mereka dengan perantara lisan.
Qalam adalah benda tak berjiwa dan tidak mempunyai kekuatan untuk memberikan pengertian. Oleh karena itu apakah ada kesulitan bagi tuhan yang membuat benda mati menjadi alat untuk memberi pengertian dan penjelasan dan menjadikan kamu orang yang bisa membaca.
Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Oleh karena itu tidak mengherankan sekiranya Tuhan mengajarkan kepadamu membaca dan ilmu-ilmu yang banyak diluar membaca. Ayat ini menunjukkan adanya keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.

2.      Al-Ghasiyah: 17-21
افلا ينظرون الى الابل كيف خلقت (17) والى السماء كيف رفعت (18) والى الجبال كيف نصبت (19) والى الارض كيف سطحت  (20) فذكر انما انت مذكر (21)
Terjemah
a.  Mengapa mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?
b. Langit bagaimana ia ditinggikan
c. Gunung-gunung bagaimana dia ditegakkan
d. Dan bumi bagaiman dia dihamparkan
e. Maka berilah peringatan ! Karena sungguh kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kami-kami yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah).
Munasabah
Sesudah Allah swt menerangkan tentang kedatangan hari qiyamat, bahwa manusia pada hari itu terbagi kepada dua golongan, yakni golongan manusia yang celaka dan yang bahagia. Lalu ditegaskan dengan mengemukakan argumentasi untuk melumpuhkan orang-orang yang mengingkarinya, dengan diarahkan pandangan mereka untuk mengamati jejak kekuasanNya seperti langit yang menaunginya, bumi yang menyangganya, serta unta yang dimanfaatkan untuk apa saja.
Tafsir
Sekiranya orang-orang yang ingkar dan menentang itu memikirkan apa yang dilihatnya pada alam ini, niscaya mereka sadar, bahwa seluruh benda dialam ini, tiada penciptanya, kecuali Allah. Dan alam ini tiada akan terjaga dengan baik kecuali oleh Dzat Maha Pemelihara, yang kuasa. Dan niscaya pula mereka akan menyadari bahwa zat yang kuasa mencipta makhluk, berkuasa juga membangkitkan orang-orang pada hari pembalasan dan mengadakan kehidupan akhirat tanpa diketahui mereka cara mengadakanya. Oleh karena itu adalah tidak layak jika ketidak tahuan  mereka tentang cara-cara pengadaan hari qiyamat itu menjadi alasan untuk mengingkarinya.
Allah hanya menghususkan penyebutan kepada benda-benda tersebut, karena orang yang melihat itu hanya memikirkan benda-benda yang dekat kepadanya. Oleh karena itu Allah memerintahkan untuk merenungkan benda-benda tersebut.



3.      Ar-rahman: 33-34
يامعشر الجن والانس ان استطعتم ان تنفذوا من اقطار السماوات والارض فانفذوا ج لاتنفذون الابسلطان (33) فباي ءالاء ربكما تكذبان (34)
Terjemah
a.      Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (meli
b.      ntasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
c.       Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?.
Tafsir
            Pada ayat ini Allah swt. menyebutkan bahwa tidak ada tempat berlari dari pembalasan bagi siapapun atas perbuatanya. Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu mampu keluar dari penjuru-penjuru langit dan bumi buat menghindari hukuman Allah dan melarikan diri dari adzab-Nya, maka lakukanlah.
Maksudnya, bahwa kita takkan mampu melakukan itu. Karena, Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri dari pada-Nya. Kemudian Allah menerangkan sebab ketidak mungkinan orang melarikan diri, karena sesungguhnya melarikan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun, dari mana kita memperoleh kekuasaan dan kekuatan itu. Dan dari siapakah kamu mendapatkannya, padahal kamu diwaktu itu tidak mempunyai daya dan kekuatan.
4.      At-Taubah: 122
وماكان المؤمنون لينفروا كافة قلي فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم اذارجعوا اليهم لعلهم يحذرون (122)
Terjemah
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Tafsir
            Anjuran yang demikian gencar, pahala yang demikian besar bagi yang berjihad serta ancaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan, menjadikan kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju kemedan juang. Ini tidak pada tempatnya, karena ada arena perjuangan lain yang harus dipikul.
            Terbaca diatas bahwa yang dimaksud dengan orang yang memperdalam pengetahuan demikian juga yang memberi peringatan adalah mereka yang tinggal bersama Rasul saw. dan tidak mendapat tugas sebagai anggota pasukan yang keluar melaksanakan tugas yang dibebankan Rasul saw.
            Ayat ini menuntun kaum muslimin untuk untuk membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang pergi semua kemedan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang lain. Jika tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum maka mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan beberapa dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat ntuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi pesukan yang ditugaskan Rasul saw. itu apabila nanti setelah selesainya tugas.
            Ayat ini menggaris bawahi terlebih dahulu motivasi bertafaqquh memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan keluar, sedang motivasi utama mereka yang berperang bukanlah tafaqquh. Memang harus diakui, bahwa yang bermaksud memperdalam pengetahuan agama harus memahami arena, serta harus memperhatikan kenyataan yang ada, tetapi itu tidak berarti tidak dapat dilakukan oleh mereka yang tidak terlibat dalam perang. Bahkan tidak keliru jika dikatakan bahwa yang tidak terlibat dalam perang itulah yang lebih mampu menarik pelajaran, mengembangkan ilmu dari pada mereka yang terlibat langsung dalam perang.

5.      Al-Fathir: 27-28
الم تر ان الله انزل من السماء ماء فاخرجنا به ثمرات مختلفا الوانها ومن الجبال جدد بيض وحمر مختلف الوانها وغرابيب سود (27)
ومن الناس والدواب والانعام مختلف الوانه كذالك انما يخشى الله من عباده العلماء ان الله عزيز غفور (28)
Terjemah
a.      Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari langit air lalu Kami mengeluarkan dengannya buah-buahan yang beraneka macam warnanya. Dan diantara gunung-gunung ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang pekat hitam.
b.      Dan diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak, bermacam-macam warnanya seperti itu (pula). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Tafsir
Ayat ini melanjutkan uraian tentang bukti-bukti kuasa Allah swt. Ayat ini menggaris bawahi juga kesatuan sumber materi namun menghasilkan aneka perbedaan. Sperma yang menjadi bahan penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia dan binatang, pada hakikatnya nampak tidak berbeda dalam kenyataannya satu dengan yang lain. Disinilah letak salah satu rahasia dan misteri gen dan plasma.
Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa factor genetislah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan makanannya.
Oleh karena itu dalam ayat ini ada dua hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, yaitu penekanannya pada keanekaragaman serta perbedaan yang terhampar dibumi. Ini mengandung arti bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan keniscayaan yang dikehendaki Allah. Trermasuk dalam hal ini perbedaan pendapat dalam bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab suci, penafsiran kandungannya, serta bentuk pengamalannya.
Kedua, mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam dan social, dinamai oleh al-Qur’an ulama’. Diatas terbaca bahwa ayat ini  berbicara tentang fenomena alam dan social. Ini berarti bahwa para ilmuwan social dan alam, dituntun agar mewarnai ilmu mereka dengan nilai spiritual dan agar dalam penerapannya selalu mengindahkan nilai-nilai tersebut.

6.      Al-Mujadilah: 11
ياايها الذين امنوا اذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح الله لكم واذا قيل انسزوا فانسزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات ط والله بما تعملون خبير (11)
Tafsir Mufrodat
Tafassahu: lapangkanlah, dan hendaklah sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain.
Yafsahi ‘l-Lahu lakum: Allah melapangkan rahmat dan rizqi-Nya untukmu
Unsyuzu: Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.
Yarfa’I ‘l-Lahu ‘l-ladzina amanu: Allah meninggikan kedudukan mereka pada hari kiamat.
Wa ‘l-ladzina utu ‘l-ilma darajat: Dan Allah meninggikan orang-orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam dan kemuliaan dan ketinggian kedudukan.

Terjemah
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberimu kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
            Asbabun Nuzul
            Dalam suatu ayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru datang kemajlis Rasulullah, para sahabat tidak mau memberikan tempat duduk disisi Rasulullah.maka turunlah ayat ini, sebagai perintah untuk memberikan tempat duduk kepada orang yang baru datang.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini turun pada hari jum’at, disaat pahlawan pahlawan badr datang ketempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh kepada pribumi dan tamu-tamu itu disuruh duduk ditempat mereka, orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya.
Ayat ini turun sebagai perintah kepada kaum mu’minin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama muslim.
Munasabah
Sesudah Allah melarang para hamba dari berbisik-bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan; Allah memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan diantara orang-orang mu’min. dan diantara sebab-sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat didalam majlis ketika ada orang yang datang, dan bubar apabila dimintai dari kalian untuk bubar.
Apabila kalian melakukan yang demikian itu, maka Allah kan meninggikan tempat-tempat kalian didalam surga-Nya.
Tafsir
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum Muslim dan dalam menyenangkannya. Tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu ia duduk ditempat duduknya, dan sesungguhnya apabila diantara kamu orang mu’min memberikan kelapangan bagi saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia disuruh keluar lalu ia keluar, maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu mengurangi haknya. Bahwayang demikian merupakan peningkatan dan penambahan bagi kedekatannya disisi Tuhannya. Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan yang demikian itu, tetapi Dia akan membalasnya didunia dan di akhirat. Sebab, barang siapa yang tawadhu’ kepada perintah Allah, maka Allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya.

7.      Az-Zumar: 9
ام من هو قانت اناء الليل ساجدا وقائما يحذر الاخرة ويرجوا رحمة ربه قل هل يستوى الذين يعلمون و الذين لايعلمون ج انما يتذكر اولوا الالباب (9)
Tafsir Mufrodat:
Al-Qanit: orang-orang yang melakukan ketaatan yang diwajibkan kepadanya
Anna ‘l-lail: saat-saat malam
Yuhdzaru ‘l-Akhirah: takut kepada azab diahirat.
Terjemah
Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang-orang yang beribadat diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab ahirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. Katakanlah: adakah sama orang-orang yang tidak mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang bertawakkallah yang dapat menerima pelajaran.
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah utsman bin Affan yang selalu bangun malam sujud kepada Allah. (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Umar)
Menurut Ibnu Sa’ad al-kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dari Ibnu Abbas yang dimaksud dengan ayat ini adalah Ammar bin Yasir.
Menurut riwayat juwaibir yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah Ibnu Mas’ud, Ammar bin Yasir dan Salim Maula Abi Hudzaifah.
Menurut riwayat juwaibir yang bersumber dari ikrimah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ammar bin Yasir.
Munasabah
Setelah Allah swt. menerangkan sifat-sifat orang musyrik yang sesat dan menyebutkan celaan terhadap mereka serta tidak tetapnya mereka dalam beribadah; karena mereka kembali kepada Allah pada saat mengalami kesusahan dan kembali kepada patung-patung ketika mengalami kesenangan, maka dilanjutkan dengan menyebutkan hal ikhwal orang-orang mukmin yang tekun melakukan ketaatan, yaitu yang hanya bersandar kepada Tuhan mereka saja dan hanya kembali kepada-Nya saja, serta mengharapkan rahmat-Nya dan takut kepada azab-Nya.
Tafsir
Makna ayat ini menjelaskan tentang adanya dua macam kehidupan. Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung berdoa menyeru Tuhan jika malapetaka datang menimpa dan lupa kepada Allah bila bahaya telah terhindar. Dan kehidupan yang satunya lagi, yaitu kehidupan mu’min yang selalu tidak lepas ingatannya dari Tuhan  baik ketika berduka atau ketika bersuka orang itu tetap tenang dan tidak kehilangan arah, tetap berdiri tegak mengerjakan sembahyang bahkan qiyamu al-lail
            Nabi disuruh lagi oleh Tuhan menanyakan, pertanyaan untuk menguatkan hujjah kebenaran; “katakanlah! Apakah akan sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?” Pokok dari semua pengetahuan ialah mengenal Allah. Tidak kenal Allah sama degan bodoh. Karena kalaupun ada pengetahuan, padahal Allah yang bersifat maha Tahu, samalah dengan bodoh. Sebab dia tidak tahu akan dibawah kemana diarahkannya ilmu pengetahuan yang telah didapatnya itu.
            Sampai kelangitpun pengetahuan, cuma kecerdasan otak. Belumlah mencukupi kalau tidak ada tuntunan jiwa. Iman adalah tuntunan jiwa yang akan jadi pelita bagi pengetahuan.
Albab kita artikan akal budi. Dia adalah kata banyak dari lubb, yang berarti isi atau inti sari, teras. Dia adalah gabungan diantara kecerdasan akal dan kehalusan budi, dia meninggikan derajat manusia.

8.      An-Naml: 40
قال الذي عنده علم من الكتاب انا ءاتيك به قبل ان يرتد اليك طرفك فلما راه مستقرا عنده قال هذا من فضل ربى ليبلونى ءاشكر ام اكفر ومن شكر فانما يشكر لنفسه ومن كفر فان ربي غني كريم (40)
Terjemah
Berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari al-Kitab: “Aku akan datang kepadamu  dengannya sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala dia terletak dihadapannya, diapun berkata: “ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau kufur. Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Tuhanku maha Kaya lagi Maha Mulia.”
            Tafsir
Ayat ini mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa kemampuan yang bersangkutan itu, lahir dari ilmu yang dimilikinya, dan ilmu itu adalah yang bersumber dari al-Kitab, yakni kitab suci yang diturunkan Allah kepada para nabinya.
Disini terlihat penekanan ayat ini tentang peranan ilmu. Perlu dicatat bahwa ketika al-Qur’an atau as-Sunnah memuji seseorang yang memiliki ilmu, maka itu berarti yang bersangkutan telah mengamalkan ilmunya, karena ilmu ada yang hanya menjadi hiasan lidah, maka ia akan menjadi bencana bagi pemiliknya, dan ada pula yang diamalkan, maka itulah yang menjadi cahaya penerang bagi perjalanan panjang menuju kebahagiaan.
Selanjutnya karna kedua tokoh kisah itu, adalah “anak buah” yang ditundukkan kepada Sulaiman, maka ini menunjukkan keutamaan Nabi Sulaiman as. Yang memperoleh anugerah Allah sehingga keduanya dapat beliau gunakan
           
DAFTAR PUSTAKA

Al-maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi Juz 24, C.V.Toha Putra; Semarang, 1989

Al-maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi Juz 27, C.V.Toha Putra; Semarang, 1989.

Al-maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi Juz 30, C.V.Toha Putra; Semarang, 1989.

Departemen Agama R.I; Al-Qur’an dan Terjemahannya,al-Hidayah; Surabaya,1971.

Shaleh, K.H. Qomaruddin, Asbabun Nuzul, C.V.Diponegoro; Bandung, 1990.

Sihab, M. Quraisy, Tafsir al-Misbah  Jilid 5, Lentera Merah; Jakarta, 2002.
.
Sihab, M. Quraisy, Tafsir al-Misbah  Jilid 10, Lentera Merah; Jakarta, 2002.

Prof. Hamka, Tafsir al-Azhar juz 24, Pustaka Panji Mas; Jakarta, 1982.



Thursday, November 25, 2010

Filsafat Ilmu ( Ilmu Sebagai Prosedur )


ILMU SEBAGAI PROSEDUR
Oleh: Tu’nas Fuaidah


A.    Pendahuluan
Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami objek tertentu. Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa Latin scientia, dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari atau mengetahui. Dan dalam pertumbuhan selanjutnya ilmu mengalami perluasan arti.
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca oleh pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode. Yang ketiganya merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, dan aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistemis.
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu diurai lebih lanjut agar dapat dipahami berbagai unsur dan cirinya yang lengkap. Penelitaian sebagai suatu rangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan pola ini dalam dunia keilmuan disebut metode, untuk menegaskan bidang keilmuan itu seringkali dipakai istilah “metode ilmiah”. Jadi, Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, bisa dikatakan ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan metode ilmiah.
Selanjutnya, untuk dapat memahami ilmu sebagai prosedur, maka dalam makalah ini penulis akan membahas, pertama metode-metode memperoleh pengetahuan, kedua pengetahuan ilmiah dan yang ketiga metode ilmiah.

B.     Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
Sebuah pengetahuan secara umum berkembang antara lain karena manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity is beginning of knowledge). Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan bila dirinya memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran) mengenai apa yang dipertanyakan. Di samping itu, ada faktor eksternal, yaitu dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Untuk itu manusia menempuh berbagai cara agar keinginan tersebut terwujud.
Berbagai tindakan untuk memperoleh pengetahuan secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu secara non-ilmiah, yang mencakup : a) akal sehat, b) prasangka, c) intuisi, d) penemuan kebetulan dan coba-coba, dan e) pendapat otoritas dan pikiran kritis, serta tindakan secara ilmiah. Usaha yang dilakukan secara non-ilmiah menghasilkan pengetahuan (knowledge), dan bukan science. Sedangkan melalui usaha yang bersifat ilmiah menghasilkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Dalam konsep filsafat Islam, ilmu (yang dalam bahsa Arab al-‘ilm berarti pengetahuan atau knowledge) bisa diperoleh melalui dua jalan, yaitu jalan kasbi atau  khusuli dan jalan ladunni  atau khuduri. Jalan kasbi atau  khusuli adalah cara berpikir sistemik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan. Sedangkan ilmu ladunni atau hudhuri, di peroleh orang-orang tertentu, dengan tidak melalui proses ilmu pada umumnya, tapi oleh proses pencerahan oleh hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb, sehingga semua ilmu pintu terbuka terserap dalam kesadaran intelek, seakan-akan orang tersebut memperoleh ilmu dari Tuhan secara langsung.
 Menurut Stanlay dan Thomas C. Hunt yang ditulis dalam buku Jujun S. menjelaskan bahwa metode dalam mencari pengetahuan ada tiga, yaitu rasionalisme, empirisme dan metode keilmuan.
1.      Rasionalisme
Tidaklah mudah untuk membuat definisi tentang rasionalisme sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Rationalism is the view that the ultimate source of knowledge is reason. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran dan merupakan pelengkap bagi akal, serta memandang pengalaman sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dalam rangka kerjanya, kelompok yang disebut rasionalis mendasarkan diri pada  cara kerja deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
Plato memberikan gambaran klasik dari rasionalisme. Dia berdalil bahwa untuk mempelajari sesuatu, seorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indra paling banyak hanya merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah ada dalam pikiran. Menurut Plato kenyataan dasar terdiri dari ide atau prinsip.
Sedangkan menurut Descrates, dia menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indra, tetapi karena dia mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi dan hayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keindraan tidak dapat diandalkan.
Dari penjelasan di atas terdapat beberapa kritik yang ditujukan pada kaum rasionalisme. Diantaranya adalah:
a.       Pengetahuan rasional dibentuk oleh yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Sehingga eksistensi tentang idea yang bersifat sudah pasti maupun bawaan itu sendiri belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama.
b.      Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis.
c.       Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini.
2.      Empirisme
Empiricism is the view that the ultimate source of knowledge is experience. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, dia berkata “tunjukkan hal itu kepada saya“. Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri.
Ada beberapa aspek yang terdapat dalam teori empiris. Pertama, perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui.  Yang mengetahui adalah subyek dan benda yang diketahui adalah obyek, terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh seseorang. Kedua, kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman manusia. Agar berarti bagi kaum empiris, maka pernyataan tentang ada atau tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian publik. Ketiga, adalah prinsip keteraturan, pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi mengenai cara yang teratur tentang tingkah laku sesuatu. Pada dasarnya alam adalah teratur. Dengan melukiskan sesuatu terjadi dimasa lalu, atau dengan melukiskan bagaimana melukiskan tingkah laku benda-benda yang sama sekarang. Prinsip keempat, mempergunakan keserupaan. Keserupaan berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka kita mempunyai cukup jaminan untuk membuat kesimpulan yang umum mengenai hal itu.
Orang-orang empiris berpendapat bahwa kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Apapun yang kita ketahui itu berasal dari kelima panca indra kita. John Locke bapak empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan itulah di catat pengalaman-pengalaman indrawi. Sehingga ia memandang akal sebagai jenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan tersebut.  Sehingga bisa dikatan bahwa kelompok empiris  melihat bahwa pemahaman manusia hanya terbatas pada pengalamannya.
Selain rasionalisme, ternyata empirisme juga mendapatkan kritik, yang antara lain:
a.       Empirisme didasarkan kepada pengalaman. Namun, jika dianalisis secara kritis maka “pengalaman” merupakan pengertian yang terlalu samar untuk dijadikan dasar bagi sebuah teori yang sistemis.
b.      Sebuah teori yang sangat menitikberatkan pada persepsi panca indra yang kiranya melupakan kenyataan bahwa panca indra manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Panca indra kita sering menyesatkan. Empirisme tidak mempunyai perlengkapan untuk membedakan antara hayalan dan fakta.
c.       Empirisme tidak memeberikan kita kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin, dalam pengertian di atas, sebenarnya merupakan pengetahuan yang seluruhnya diragukan.
d.      Kekurangan lain empirisme ialah karena ia belum terukur, empirisme hanya sampai pada konsep” yang umum.
3.      Metode Keilmuan: kombinasi antara rasionalisme dan empirisme
Dari beberapa kritik yang ditujukan pada metode-metode di atas, maka munculah metode kombinasi antara rasionalisme dan empirisme. Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan, di jelaskan bahwa empirisme merupakan epistemology yang telah mencoba menjadikan alat indra berperan dalam pengamatan untuk memperoleh keterangan tentang pengetahuan ilmiah. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang populer ini, karena ilmuan mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data indrawi.  Walaupun demikian analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan akan menyingkap kenyataan, bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kombinasi antara prosedur empiris dan rasional. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian maka berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif yang merupakan pertemuan antara empirisme dan rasionalisme.
Hal ini dilakukan para ahli filsafat untuk membedakan antara mana pengetahuan yang dianggap ilmiah dan mana yang bukan. Sehingga munculah metode ilmiah, sebagai jawabannya. Disiplin yang menerapkan karakteristik ilmiah akan menghasilkan pengetahuan ilmiah, sehingga yang tidak menerapkan metode ilmiah ini, pengetahuannya bisa dianggap bukan merupakan pengetahuan ilmiah.
Walaupun demikian metode ini juga masih mendapatkan kritik, yang antara lain:
a.       Metode keilmuan membatasi secara begitu saja mengenai apa yang dapat diketaui manusia, yang hanya berkisar pada benda-benda yang dapat dipelajari dengan alat dan teknik keilmuan.
b.      Ilmu memperkenankan tafsiran yang banyak terhadap suatu benda atau kejadian. Tiap tafsiran bisa saja benar sejauh apa yang dikemukakan. Berbagai hipotesis bisa saja diajukan, sehingga kesatuan dan konsistensi dari pengetahuan keilmuan ternyata tidak sejelas apa yang kita duga.
c.       Pengetahuan keilmuan, meskipun sangat tepat, tidaklah berarti bahwa hal ini merupakan keharusan. Karena pengetahuan keilmuan hanyalah pengetahuan yang mungkin dan secara tetap harus terus menerus berubah. karena ilmu menyadari bahwa dia tidak mampu untuk menyediakan pengetahuan yang pasti dan lengkap, yang tidak terjangkau oleh kegiatan keilmuan.
Selain beberapa metode di atas, dalam tulisan ini juga akan dijelaskan beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan yang dianggap populer menurut para ahli, diantaranya yaitu:
1.      Intuisionisme
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus. Pada diri manusia intuisi menempati bagian kejiwaan yang sangat sentral, sehingga benar-benar bersifat batiniah sekali. Dengan kata lain, intuisi merupakan gejala batin yang sangat pribadi.
Intuisi dianggap dapat menjadi metode memperoleh pengetahuan karena memalui intuisi manusia mendapati ilmu secara langsung tidak melalui penalaran tertentu, tapi jelas dan pasti bagi orang-orang tertentu. Sehingga memlaui intuisi manusia secara tiba-tiba menemukan jawaban dari masalah yang dihadapinya. Jika dengan tiba-tiba seseorang tergerak untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu dengan penuh keyakinan, maka itulah dunia intuisi.
Orang sering bertindak berdasarkan pengetahuan intuitifnya, dan sesering itu pula pengetahuannya benar. Oleh karena itu, orang perlu melatih kepekaan intuisinya agar memperoleh peralatan yang lebih lengkap, dan dengan demikian bias memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap pula. Aliran ini menganggap bahwa banyak masalah hidup dan kehidupan ini yang tidak bisa dipecahkan dengan akal pikiran
Beberapa kritik terhadap aliran intuisionisme, yaitu:
a.       Apa yang diketahui secara intuitif bagi seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Artinya cara seseorang mendapatkan pengetahuan yang pasti itu, tidak atau belum tentu berlaku bagi orang lain.
b.      Pengetahuan intuisi ini kebenarannya sulit diukur. Karena berasal dari lapisan hati nurani seseorang yang tedalam. Benar tidaknya sangat tergantung kepada keyakinan orang tersebut. Oleh karenanya sulit diterangkan kepada orang lain. Orang lain maksimum hanya bisa meniru perilakunya yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya sendiri.
c.       Pengetahuan ini tergolong pengetahuan langsung. Tetapi tidak setiap orang mempunyai pengalaman yang sama
2.      Positivisme
Menurut Adian  istilah positivisme pertama kali digunakan oleh Henri Saint Simon. Istilah “positivisme” kemudian dipopulerkan oleh Aguste Comte. Istilah itu berasal dari kata “positif”. Dalam prakata Cours de Philosophie Positive, dia mulai memakai istilah “filsafat positif” dan terus menggunakannya dengan arti yang konsisten di sepanjang bukunya.
Dengan “filsafat” dia mengartikan sebagai “sistem umum tentang konsep-konsep manusia”, sedangkan “ positif “ diartikannya sebagai “teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati.” Dengan kata lain, “positif” sama dengan “faktual”, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme menegaskan bahwa hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sebenarnya aliran positivisme erat kaitannya dengan rasionalisme dan empirisme. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis dan ada bukti empirisnya, yang terukur. Ukuran-ukuran ini operasional, kuantitatif, tidak memungkinkan perbedaan pendapat. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya untuk membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya yang terukur, tetapi bagaimana caranya? Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan selanjutnya yaitu munculnya metode ilmiah sebagai alat lain dari kelanjutan positivisme. Beberapa kritik yang bias diajukan kepada kaum positivism:
a.       Meskipun sudah mulai berupaya menggabungkan cara berpikir empiris dan rasionalis, namun positivisme belum memiliki tahapan yang jelas dalam penerapannya.
b.      Adakalanya tidak semua bukti empiris bisa terukur.

C.    Pengetahuan ilmiah
Menurut Sudarminta pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir pengetahuan ilmiah atau dia menyebutnya pengetahuan sain ialah pengetahuan yang rasional dan di dukung bukti empiris dan metodenya menggunakan metode ilmiah. Anton Bakker menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasi.
Itulah tadi pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli tentang apa itu pengetahuan ilmiah, sebenarnya masih banyak lagi pendapat-pendapat yang lain, yang antara ahli satu dan ahli yang lain masing-masing mempunyai perbedaan dalam mengartikan pengetahuan ilmiah. Namun, dalam hal ini penulis melihat bahwa perbedaan yang ada tidak begitu mendasar. Dari bebarapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dinamakan dengan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Atau dengan kata lain pengetahuan ilmiah bisa juga disebut dengan ilmu.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok sebagai berikut: (1) Empiris, (2) Sistematis, (3) Objektif, (4) Analitis, dan (5) verifikatif.

D.    Metode ilmiah
Menurut Soejono Soemargono, istilah metode berasal dari bahasa Latin methodos, yang secara umum artinya cara atau jalan untuk  memperoleh pengetahuan sedangkan metode ilmiah adalah cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. The Liang Gie, menyatakan bahwa metode ilmiah adalah  prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memper-kembangkan pengetahuan yang telah ada.  Dalam beberapa literatur seringkali metode dipersamakan atau dicampuradukkan dengan pendekatan maupun teknik. Metode, (methode), pendekatan (approach), dan teknik (technique) merupakan tiga hal yang berbeda walaupun bertalian satu sama lain.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah metode kerja; yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Jujun, metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Sudarminta menjelaskan bahwa metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali.
Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh pengetahuan yang benar lakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.
Selanjutnya, metode ilmiah meliputi suatu rangkaian langkah yang tertib. Dalam kepustakaan metodologi ilmu tidak ada kesatuan pendapat mengenai jumlah, bentuk dan urutan langkah yang pasti. Jumlah langkah merentang dari yang paling sederhana 3 langkah sampai jumlah langkah yang cukup rumit dan terinci.
Menurut George Abell yang dikutip dalam tulisan Cecep Sumarna, merumuskan metode ilmiah sebagai suatu prosedur husus dalam ilmu,  mencakup 3 langkah berikut:
1.      Pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan;
2.      Perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-gejala ini, dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada;
3.      Pengujian pangkal-pankal duga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan yang baru.
The Liang Gie menjelaskan bahwa ada sebuah prosedur lain yang mencakup delapan langkah, yaitu:
1.      Kenali bahwa suatu situasi yang tak menentu itu ada. Ini merupakan situasi bertentangan atau kabur yang mengharuskan penyelidikan.
2.      Nyatakan masalah itu dalam istilah-istilah spesifik.
3.      Rumuskan suatu hipotesis kerja.
4.      Rancangan suatu metode penyelidikan yang terkendalikan dengan jalan pengamatan atau dengan jalan percobaan ataupun kedua-duanya.
5.      Kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau data kasar.
6.      Alihkan data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.
7.      Tibalah pada suatu penegasan yang tampak dapat dipertanggungjawabkan.
8.      Satupadukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu, kalau terbukti merupakan pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
Walaupun pendapat ahli mengenai metode ilmiah sampai 8 langkah tersebut dimuka dirinci dan dirumuskan secara berbeda-beda, ada 4-5 langkah yang merupakan pola umum yang senantiasa dilaksanakan dalam penelitian, langkah-langkah baku itu ialah penentuan masalah, perumusan hipotesis atau pangkal duga bila dianggap perlu, pengumpulan data, penurunan kesimpulan (penarikan deduksi), dan pengujian atau verivikasi hasil.
1.      Penentuan masalah
Permasalahan akan menentukan ada atau tidak adanya ilmu. Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu dianggap masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang sebenarnya ada.
Permasalahan dalam ilmu pengetahuan memiliki tiga ciri. Antara lain:
a.       Dapat dikomunikasikan
b.      Dapat ditangani dengan sikap ilmiah
c.       Dapat ditangani dengan metode ilmiah.
2.      Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sementara tentang hubungan antara benda-benda. Hubungan hipotesis ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau teori yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis diajukan secara khas dengan dasar coba-coba (trial-and-error). Hipotesis hanya merupakan dugaan yang beralasan.
3.      Pengumpulan data
Tahap ini merupakan suatu yang paling dikenal dalam metode keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya metode keilmuan yang diarahkan pada penggumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Pengamatan yang teliti yang dimungkinkan oleh terdapatnya berbagai alat, yang dibuat manusia dengan penuh akal, memberikan dukungan yang dramatis terhadap konsep keilmuan sebagai suatu prosedur yang pada dasarnya adalah empiris dan induktif.
4.      Penurunan kesimpulan (penarikan deduksi)
Pada langkah ini hipotasis menjadi dasar penarikan deduksi atau kesimpulan mengenai jenis susunan dan hubungan antara hal-hal atau benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.
5.      Pengujian atau verivikasi hasil
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatife-alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau lewat percobaan. Dalam hubungan ini maka keputusan terahir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan proses diulangi kembali. Hakim yang terkhir dalam hal ini adalah data empiris: kaidah yang bersifat umum atau hokum, haruslah memenuhi persyaratan atau pengujian empiris
Metode ilmiah yang merupakan suatu prosedur sebagaimana digambarkan oleh The Liang Gie, memuat berbagai unsur atau komponen yang saling berhubungan. Unsur-unsur utama metode ilmiah menurut The Liang Gie adalah pola prosedural, tata langkah, teknik, dan instrument.
1.      Pola prosedural, antara lain terdiri dari : pengamatan, percobaan, peng-ukuran, survai, deduksi, induksi, analisis, dan lain-lain.
2.      Tata langkah, mencakup: penentuan masalah, perumusan hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan pengujian hasil.
3.      Teknik, antara lain terdiri dari: wawancara, angket, tes, dan perhitungan dan lain-lain.
4.      Aneka instrumen yang dipakai dalam metode ilmiah antara lain: pedoman wawancara, kuesioner, timbangan, meteran, computer dan lain-lain.
E.     Penutup
Terdapat beberapa metode yang yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan, itu dikarenakan adanya hasrat manusia yang selalu ingin tahu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan dibedakan menjadi dua, yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara non-ilmiah dan ilmiah. metode ilmiah adalah  prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan.
Usaha yang dilakukan secara non-ilmiah menghasilkan pengetahuan (knowledge), dan bukan science. Sedangkan melalui usaha yang bersifat ilmiah menghasilkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuah teori pengetahuan yang dipergunakan manusia dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pertanyaan. Metode ini menitik beratkan pada suatu urutan prosedur.
Terdapat berbagai macam langkah yang diajukan oleh berbagai ilmuwan, tapi terdapat empat sampai lima pola langkah yang secara umum dipakai. Antara lain: penentuan masalah, perumusan hipotesis bila dianggap perlu, pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan pengujian atau verivikasi hasil.
Daftar Pustaka

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Adian, Dony Gahral, Percik Pemikiran Kontemporer Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI. 2006.
Asy’arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah dalam Berpikir, Yogyakarta: LESFI. 2001.
Bakker, Anton, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius. 2002.
Cardinal, Daniel, Jeremy Hayward and Gerald Jones, Epistemology the Theory of Knowledge Philosophy in Focus, London: John Murray. 2007.
Critchley, Simon, Continental Philosophy A Very Short Introduction, New York: Oxford University Press. 2001.
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty. 2004.
Honer, Stanley M. dan Thomas C. Hunt, “ Metode dalam Mencari Pengetahuan: Rasionalisme, Empirisme dan Metode Keilmuan,” dalam Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009.
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, terjemah: Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004.
Kuntjojo, Filsafat Ilmu (Diktat Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Universitas Nusantara PGRI), Kediri. 2009.
Psillos, Stathis dan Martin Curd, The Routledge Companion To Philosophy of Science, New York: Routledge. 2008.
Rosenberg, Alex, Philosophy of Science A Contemporary Introduction Second Edition, New York: Routledge. 2005.
Scruton, Roger, A Short History of Modern Philosophy From Descartes to Wittgenstein Second edition, New York: Routledge.1995.
Soemargono, Soejono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Nur Cahaya. 1993.
Sudarminta, J., Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius. 2002.

Suhartono, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan), Jogjakarta: Ar-ruzz. 2005.
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai, Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2006.
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan. 1987.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006.