Friday, May 27, 2011

Makanan Penyebab Kanker

Makanan Penyebab KANKER

By: Tu’nas Fuaidah

Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh bnyak orang (termasuk juga saya) sehingga ada baiknya kita mencegah kanker dari pada kita mengobatinya. Maka pada tulisan ini akan saya jelaskan lebih lanjut mengenai kanker.
Kanker akan tumbuh dan berkembang dengan subur apabila mendapat asupan zat-zat yang didapat dari makanan atau kegiatan seperti berikut ini:

a.       Terlalu banyak minum kopi, coklat dan the yang mengandung kadar kafein tinggi (emmb, padahal ni cemilan n minuman favorit ku lhooo… hikz..hikzz), tapi tenang aja minuman yang berkadar kafein tinggi tersebut dapat diganti dengan minum the hijau yang memerangi kanker atau minum air putih saja.

b.      Yang manis-manis seperti gula dan pemanis buatan disukai oleh kanker serta dapat merusak kesehatan bila dikonsumsi tidak sesuai dengan batasan. (wahh… padahal aq suka banget lho ma yang manizz… manizz,,,,). Sebaiknya dalam kehidupan sehari-hari tidak usah banyak konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula. Gula dapat dig anti dengan madu murni atau molasses.

c.       Hindari untuk menggunakan garam meja dalam makanan dan minuman kita, dan sebaiknya gunakan saja garam laut dan pastikan juga garam laut yang kita pakai mengandung yodium serta bersih dan higienis.

d.      Hati-hati dengan minuman susu hewani yang dapat menghilngkan zat mucus, yang sangat disenangi kanker sehingga alangkah baik mengganti konsumsi susu hewan dengan susu nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti susu kedelai. (aduuhhh…. Padahal susu sapi rasanya lebih gurih lhoo dari pada susu kedelai,,,,,). Meskipun rasa susu kedelai agak kurang enak, namun susu kedelai tersebut sangat kaya akan gizi nutrisi bagi tubuh kita.

e.       Bagi anda yang menggemari makan daging merah sebaiknya mulai dibatasi karena mengandung kadar asam yang cukup tinggi yang sangat disukai  oleh sel kanker. Karena terkadang daging yang kita konsumsi  juga dapat mengandung hal berbahaya seperti hormone tambahan, residu antibiotic, parasit dan lain sbagainya yang merugikan kesehatan tubuh kita.

Penyakit Kanker


SELUK BELUK KANKER
By: Tu’nas Fuaidah

A.    Apa kanker itu?
Kanker adalah golongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan  mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel.
Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara sepontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis.
Bila tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian; kanker adalah salah satu penyebab utama kemarin di Negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan factor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok tembakau dapat menyebabkan kanker dari factor lingkungan lainnya.
Tumor (bahasa latin: pembengkakan) menunjuk masa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa “ganas” (bersifat kanker) atau “jinak” (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang bisa menyerang jaringan lainnya ataupun bermestastis.
B.     Jenis-Jenis Kanker
Jenis-jenis kanker yang sudah di kenal saat ini yaitu:
-          Karsinoma
Yaitu jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rectum, lambung, pancreas, dan esophagus.
-          Limfoma
Yaitu jenis kanker yang berasal dari jenis jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus dan sum-sum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limfa).
-          Leukimia
Kanker jenis ini tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
-          Sarkoma
Yaitu jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada dipermukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.
-          Glioma
Yaitu kanker susunan syaraf, misalnya sel-sel glia (jaringan penunjang) di susunan syaraf pusat.
-          Karsioma in situ
Yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif (kelainan/lika yang belum menyebar)

Friday, May 6, 2011

Post Modernisme dan Tinjauan Kritis Terhadap Ilmu pengetahuan


POSTMODERNISME DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP ILMU PENGETAHUAN DIMENSI TEKNOLOGI DAN BUDAYA

Artikel Ditulis By: Tu'nas Fuaidah

A.    Pendahuluan
Sebelum masuk pada postmodernisme alangkah lebih baik bila kita mengetahui atau setidaknya mengenal sedikit apa yang menjadi penyebab munculnya gerakan tersebut. Kalimat postmodernisme sangat berkaitan erat dengan modernisme atau modernisasi. Modernisasi adalah westernisasi, ungkapan ini memang terlalu simplistik. Lebih dari itu, memang tidak sedikit interpretasi telah diberikan untuk menjelaskan fenomen perubahan-perubahan dibidang sosial, ekonomi, kultural, politis dan ideologis yang biasa diperdengarkan dengan istilah modernisasi. Meskipun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa istilah modernisasi memang tidak dapat dicabut dari konteks historisnya yang terjadi di Barat. Berawal dari sana, gelombang raksasa ini menciptakan pola-pola perubahan substantif dan kreatif, hasil sintesis faktor-faktor eksogen dan endogen masyarakat dibelahan bumi yang lain.
Salah satu diantara pemikiran kaum modernis, yaitu menganggap bahwa teknologi akan menjadi sumber kebahagiaan manusia dan menjanjikan dunia yang lebih baik di masa sekarang dan masa mendatang. Namun, pada kenyataannya hal hal semacam itu tidak berlangsung lama, sampai akhirnya ditemukan banyaknya dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping kimiawi justru merusak lingkungan hidup. Tradisi  serba teknologi juga merubah sistem kebudayaan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa mimpi orang-orang modernis ini tidaklah berjalan sesuai harapan dan berakhir dengan kehancuran manusia itu sendiri.
Munculnya modernisme dikatakan berakhir dengan lahirnya postmodernisme. Banyak diantara pemikir barat menganggap bahwa buku sejarah bagi lahirnya postmodernisme adalah karangan Jean Francois Lyotard yang dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat.
Selanjutnya, Mengenai apa itu Postmodernisme. Postmodernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia (Filsuf Perancis Jean Francois lyotard). Postmodernisme adalah pengembangan dari modernisme itu sendiri. Postmodernisme adalah aliran pemikiran dan paradigma baru yang merupakan antitesis dari modernisme yang dinilai gagal dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Masih banyak definisi-definisi lain tentang postmodernisme. Namun, substansinya bermuara sama bahwa postmodernisme mengkritik modernisme yang tidak memberikan implikasi kesejahteraan. Dalam makalah ini penulis akan lebih menfokuskan pada apa yang dinamakan postmodernisme, sejarah kemunculan, beberapa hal yang dianggap gagal pada modernitas dalam ilmu pengetahuan dan budaya, serta beberapa kritik postmodernisme pada masalah tersebut yang akan di urai pada pembahasan selanjutnya.

B.     Pengertian, sejarah dan ciri-ciri postmodernisme
1.      Pengertian dan sejarah kemunculan postmodernisme
Istilah postmodern kini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi, istilah ini konon mulanya muncul dalam bidang senirupa dan arsitektur, lalu menjadi istilah populer di dunia sastra budaya sejak tahun 1950-an. Sedangkan dalam bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial istilah ini baru populer sekitar tahun 1970 dan 1980-an,[1] Dalam kontek ini, postmodernisme pertama kali dipopulerkan oleh Jean Francois Lyotard dalam laporannya untuk Dewan Universitas Quebec, laporan itu dibuat pada tahun 1979 dengan judul “La Condition Postmoderne. Rapport sur le Savoir”, (The Postmodern Condition. A Report an Knowledge. Boleh dikatakan tidak ada definisi yan pasti mengenai istilah ini, hal ini dikarenakan banyaknya pertentangan pendapat yang diberlakukan pada label pemaknaanya. Selain itu juga banyaknya pemakaian istilah ini dalam berbagai bidang, sehingga tidak mengherankan jika dalam pemaknaannya menjadi kabur pula.
Menurut perkiraan, yang mengakibatkan kekaburan makna istilah postmodern tersebut adalah akhiran “isme” dan awalan “post” nya. Berkaitan dengan akhiran tersebut, postmodernisme dibedakan dengan posmodernitas dalam dua hal, yang pertama menunjuk pada kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi-ideologi modern. Yang kedua menunjuk pada situasi dan tata sosial produk teknologi informasi, globalisasi fregmentasi gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik, usangnya negara bangsa dan penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Sedangkan jika dikaitkan dengan awalannya, maka postmodernis tidak boleh dimengerti sebagai suatu permulaan baru. Kata “modern” berasal dari kata latin modus artinya “cara”. Jadi posmodrnisme adalah cara dimana berisi tentang kemungkinan yang mengungkapkan perkembangan dan transformasi dalam modernitas itu sendiri.
Sebelum kita melihat lebih jauh tentang postmodernisme, ada baiknya kita melihat dulu, hal-hal apa saja yang memicu munculnya gerakan tersebut. Postmodernisme berkaitan erat dengan “modernisme”.  Modernisme dibidang filsafat adalah merupakan gerakan pemikiran dan gambaran dunia tertentu yang awalnya diinspirasikan oleh Descrates, dengan dikokohkan oleh gerakan pencerahan, dan mengabadikan dirinya hingga abad keduapuluh ini melalui dominasi sains dan kapitalisme.
Munculnya postmodernisme dalam bidang filsafat bukan karena pengaruh postmodernisme di Eropa yang berlatar belakang arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi yang berkisar pada problem sosiologis tentang masyarakat posindustri, dimana dibahas secara khusus pengaruh teknologi baru dalam masyarakat masa depan.
Berbeda dengan Bambang, ia menjelaskan secara rinci bahwa ada beberapa situasi dan keadaan problematik yang telah memicu munculnya gerakan-gerakan postmodernis, ia menilai bahwa gambaran dunia yang hasil inspirasi Descrates di atas, serta tatanan sosial yang dihasilkannya, ternyata telah dianggap melahirkan berbagai konsekuensi buruk bagi kehidupan manusia dan alam disekitarnya, diantaranya:
a.       Pandangan dualistiknya yang membagi seluruh kenyataan menjadi subjek dan objek, yang mengakibatkan objektivisasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam sewenang-wenang, sehingga menimbulkan krisis ekologi.
b.      Pandangan yang bersifat objektivistik dan positivistik telah memunculkan kecenderungan untuk menjadikan manusia sebagai wahana objek juga, dan masyarakat direkayasa bagai mesin.
c.       Menjadikan ilmu positif-empiris sebagai kebenaran tertinggi, sehingga menghilangkan kewibawaan nilai moral dan religius.
d.      Materialisme
e.       Militerisme, akibat hilangnya nilai moral dan religius menyebabkan norma objektifpun cenderung hilang.
f.       Bangkitnya kembali Tribalisme, yaitu mentalitas yang mengunggulkan suku atau kelompok sendiri.
2.      Ciri-ciri postmodernisme
Dalam tulisanya, Akbar Ahmed menjelaskan beberapa ciri utama postmodernisme yang diantara ciri-ciri tersebut adalah:
a.       Adanya usaha memahami era postmodernis itu memberi arti anggapan pertanyaan, antara lain; mulai tidak adanya lagi kepercayaan terhadap proyek modernitas, munculnya semangat pluralisme, skeptisisme terhadap ortodoksi tradisional, penolakan terhadap pandangan bahwa dunia adalah sebuah totalitas universal, dan relativitas.
b.      Postmodernisme bersama dengan media, telah menjadikan dunia serasa makin sempit, seolah-olah melenyapkan dimensi ruang dan waktu, selanjutnya menjadikan media adalah dinamika sentral, yang mendominasi dan berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.
c.       Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau alternatif ketika orang semakin ragu terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.
d.      Adanya apresiasi keterikatan rasionalisme dengan masa lalu, dan munculnya kecenderungan untuk menemukan identitas.
e.       Metropolis menjadi sentral bagi postmodernisme, hal ini dikarenakan sebagian penduduk mendiami wilayah perkotaan, yang menjadikannya sebagai pusat perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, pola ini juga bisa diberlakukan atas dominasi negara maju pada negara berkembang.
f.       Postmodernisme menjadi pendorong proses demokrasi, hal ini dikarenakan semakin terbukanya kelas sosial atau kelompok dalam mengemukakan pendapat.
g.      Postmodernisme memberikan peluang, bahkan mendorong penjajaran wacana, perpaduan citra, pertautan kultur, sehingga sulit menempatkan seseorang pada tempat eksklusif
h.      Ide tentang bahasa sederhana terkadang terlewatkan oleh ahli postmodernis, sehingga banyak mengandung ketidak jelasan dan paradoks.

C.    Kegagalan modernisme
Pauline marie Rosenau menjelaskan beberapa hal yang dianggap kegagalan dalam modernism,
1.      Modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya yang dijanjikan dari perkembangan dalam ilmu sosial dan ilmu pengetahuan modern.
2.      Kedua, adanya penyalah gunaan dan kesewenang-wenangan dalam ilmu pengetahuan. Kejelasan itu terlihat bahwa ilmu pengetahuan melegitimasi pada beberapa kasus kekuasaan, posisi kebenaran normativ yang lebih mereka pilih dari pada hasil kenyataan  ilmu pengetahuan.
3.      Terdapat ketidaksesuaian yang jelas antara teori dan fakta dalam ilmu pengetahuan
4.      Adanya keyakinan yang tidak mendasar bahwa ilmu pengetahuan modern dapat menyelesaikan segala problem yang dihadapi manusia pada abad keduapuluh, yang pada kenyataannya hal tersebut tidak terealisasi, bahkan yang terjadi malah sebaliknya, kerusakan mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5.       ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik individu.

D.    Ilmu pengetahuan dimensi teknologi dan budaya
Perlu diketahui bahwa sebenarnya ilmu mempunyai dimensi yang kompleks, sisi kompleksitas ini menunjukkan bahwa; pertama ilmu memiliki ruang jelajah yang sangat luas dan kedua, ilmu merupakan sebuah sistem yang sangat terbuka. Lebih dari itu, ilmu juga bisa menjadikan sesuatu dari yang bersifat material, sampai yang immaterial sebagai objek telaahnya.
Istilah ilmu memiliki padanan makna yang merujuk pada serangkaian aktifitas dan seluruh kegiatan manusia yang bersifat kemanusiaan, mempunyai tujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Aktifitas yang dimaksud adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh fisikawan maupun sosiolog dalam rangka membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmiah. Hal tersebut didasarkan atas keinginan hanya untuk sekedar mengerti, menguasai, serta sampai pada memanfaatkan alam, sehingga memunculkan ilmu-ilmu tentang alam, seperti; fisika, biologi dan lain-lain. Bahkan sampai pada tujuan untuk memahami dan memanfatkan kekuatan yang bersifat sosial dan melibatkan manusia secara langsung, sehingga memunculkan ilmu-ilmu seperti; sosiologi, psikologi dan lain-lain.
Dimensi ilmu jika dilihat dari sudut pandang sosiologi ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Sudut pandang internal mengacu pada ilmu akademis sedangkan sudut pandang eksternal mengacu pada ilmu industrial. Yang membedakan diantara keduanya adalah hubungan mereka dengan masyarakat. Ilmu akademis lebih mementingkan pada pengembangan ilmiah untuk ilmu sendiri tanpa adanya keinginan untuk menerapkannya. Sedangkan pengkajian efek teknologis dari perkembangan ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu murni lebih ditekankan oleh ilmu industrial, sehingga ia menjadi komponen utama teknologi.
Teknologi yang disebut sebagai pertukangan menurut M. Adib memiliki banyak definisi tidak hanya terpaku pada satu saja. Salah satunya adalah pengembangan dan pemanfaatan, serta penerapan dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Asal kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat-alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Definisi lainnya (digunakan dalam bidang ekonomi) hal ini dilihat dari tingkat pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang di inginkan, selain itu juga, teknologi bisa diartikan sebagai penerapan sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah untuk memudahkan kehidupan manusia.
Selain itu juga bila kita hubung-hubungkan, ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Sehingga ilmu pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling bergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu masyarkat tergantung dari kondisi kebudayaannya, sedangkan dipihak lain pengembangan ilmu pengatahuan mempengaruhi jalannya kebudayaan.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan suatu bangsa, ilmu pengetahuan mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan suatu bangsa, dan kedua ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Hakikat ilmu pengatahuan sendiri adalah bersifat universal, namun peranannya dalam kehiduapan tidaklah terlepas  dari matriks kebudayaan secara keseluruhan. Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi unsur otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Suatu paradigma agar dapat berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat, kondisi rasional dan kondisi psikososial kelompok.
E.     Postmodernisme dan kritik-kritiknya
Di bawah ini terdapat kritik-kritik secara umum yang telah diajukan oleh kelompok postmodernis, yang isinya adalah:
1.      Ide mengenai subjektivitas yang dipegang teguh selama ini, dianggap menyembunyikan kekuasaan. Foucault misalnya, ia menyingkapkan bagaimana ilmu-ilmu kemanusiaan dan proyek-proyek kemanusiaan, seperti sistem kesehatan, pendidikan, penjara, kesejahteraan sosial, tak kurang daripada teknik-teknik dominasi suatu subjektivitas (entah itu dokter, ilmuwan, guru, politikus, atau manusia).
2.      Ide kritik dan refleksipun dicurigai sebagai usaha totaliter kearah ideologi tertentu. Adorno dan Horkheimer misalnya, mereka pada akhirnya mencurigai kritik sebagai semacam metamorfosis dari mitos.
3.      Mempersoalkan konsep sejarah yang berjalan linear. Cerita Agung mengenai umat manusia (bangsa tertentu) yang kontinu dan mencapai kemajuan kearah tujuan tertentu dengan mengutamakan masa kini adalah suatu fiksi yang memaksa manusia untuk meyakini adanya subjek historis (misalnya bangsa Indonesia) yang mengontrol makna penghayatan individu kedalam sesuatu yang homogen.
4.      Hegel menyebutkan bahwa, segala sesuatu yang real adalah rasional dan segala yang rasional adalah real, namun, ketika hal tersebut dihadapkan pada kejahatan nasional-sosialistis yang tentu sangat real itu ternyata irrasional. Sehingga proyek modernis yang mengambil kesatuan sebagai idelanya telah diganti oleh keadaan yang terpecah-pecah.
Menurut Liyotard, sebenarnya yang menjadi kritik utama posmodern adalah narasi besar (grand metanarratives) yang dianggap sebagai penyebab banyaknya kerusakan dan menimbulkan bahaya yang besar. Isi pokoknya terdiri tiga hal, yaitu dialektika, epistemologi objektivistik, dan hermeneutika. Dimana dialektika mengklaim sebuah sejarah yang universal dengan hukum yang sama disemua lokal. Kemudian epistemologi menggariskan asumsi-asumsi ontologis, metodologis dan aksiologis yang harus diterima sebagai satu-satunya syarat kepastian pengetahuan. Sedangkan hermeneutika mengaku mampu menggapai maksud  sang pengarang, artinya semua aktivitas hermeneutis harus setia pada teks.
Metanarasi bekerja dengan dua modus, yaitu spekulasi dan emansipasi. Spekulasi menggariskan bahwa pengetahuan harus dihasilkan demi pengetahuan itu sendiri, sehingga kepentingan dan ideologi epistemik harus dibersihkan. Emansipasi menuntut bahwa pengetahuan haruslah membebaskan manusia dari belenggu irrasionalitas. Sains, misalnya meligitimasi dirinya dengan merujuk pada narasi spekulatif. Namun, hedeigger menentang bahwa pengetahuan objektif adalah sesuatu yang fiksi, bagaimana mencapai objektivitas jika subjek selalu belumur dengan sejarah. Dan universalitas pun tidak bisa dipertahankan.
Kemudian Liyotard juga melanjutkan kritik tersebut, dimana ia juga menganggap bahwa ilmu pengetahuan telah kehilangan narasi besarnya, yaitu argumen rasionalitasnya, sehingga diragukan kepastian kebenarannya. Dalam masyarakat maju, yaitu masyarakat yang berbudaya teknologi atau yang serba komputer dalam hidupnya, ilmu pengetahuan tidak lagi mendapat kredibilitas pada kebenarannya, sebab ilmu pengetahuan tidak lagi dilakukan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menghamba pada orientasi keuntungan industri-industri raksasa. Sebuah gejala teknosains, sehingga pengetahuan tidak lepas dari jaring-jaring perdagangan dan kekuasaan yang ada dalam masyarakat itu.
 Postmodernisme menganggap kebenaran yang ada pada ilmu pengetahuan sebagai kebenaran yang relatif, dan bukan merupakan kebenaran yang absolute. Hal ini didasarkan pada etika relativisme yang mengklaim bahwa tindakan yang secara moral benar bervariasi
dari budaya ke budaya dan tidak ada yang namanya kebenaran obyektif dalam moralitas. Etika relativisme dilihat oleh para pendukungnya sebagai sikap yang berpikiran terbuka dan toleransi multi-budaya dan pemahaman tentang perbedaan-perbedaan etnis.
Liyotard mengungkapkan, tiap bentuk narasi harus ditolak, karena tidak ada kebenaran tunggal yang universal. Prinsip pengetahuan pada postmodernisme tidak lagi dilegitimasi pada kesatuan (homology) tetapi pada parologi. Dan ia menjadikan bahasa menjadi perantara bagi setiap pengetahuan, yang ia sebut dengan  language games. Dari sinilah kebenaran selalu terkait pada penilaian orang melalui bahasa yang digunakan, yang membuka perspektif kesadaran dan menerima realitas plural.
Bila diteliti lebih lanjut, hilangnya kedalaman dan hilangnya horizon waktu adalah ciri pemikiran posmodern. Dengan kata lain, mereka menerima baik “pluralitas” (fakta kemajemukan) maupun “pluralisme” (kemajemukan pikiran). Teori pluralisme tersebut banyak mendapat inspirasi dari hermenuetik dan linguistik. Liyotard misalnya, meneliti bahwa ikatan sosial zaman (posmodern) kita terjalin atas language games yang tak terbilang jumlahnya. Dari konsep dekonstrusi Derrida, ditarik implikasi kultural bahwa kebudayaan tak kurang dari jalinan teks-teks yang bisa ditafsirkan sampai tak terhingga. Dunia posmodern adalah monotase dan kolase dari macam-macam unsur waktu (dulu, kini, nanti), macam-macam unsur tempat (sini dan sana), dan aneka unsur pengetahuan (fiksi, fakta, imaji, fantasi, riset). Secara singkatnya dunia adi majemuk.
Daftar Pustaka
Adian, Donny Gahral, Martin Heidegger: Seri Tokoh Filsafat, Jakarta: TERAJU, 2003.

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Ahmed, Akbar S., Postmodernism and Islam: Predicament and Promise (London: Routledge, 1992.

Bertens, K., Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Cullenberg, Stephen, dkk., Postmodernism, Economics and Knowledge (London: Routledge, 2001.

Fauzi, Ibrahim Ali “Modernisme Versus Postmodernisme”, dalam Suyoto (ed.),  Postmodernisme dan Masa Depan Peradaban, Yogyakarta: Aditya Media, 1994.

_______, “Postmodernisme dan Problematikanya”, dalam Suyoto (ed.),  Postmodernisme dan Masa Depan Peradaban, Yogyakarta: Aditya Media, 1994.

Hardiman, F. Budi, Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Ihsan, A. Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Mudhofir, Ali, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1996.

Rosenau, Pauline Marie, Post-modernism and The Social Sciences: Insights, Inroads, and Intrusions, Princeton: Princeton University Press. 1992.

Rosenberg, Alex, Philosophy of Science: A Contemporay Introduction, New York: Routledge, 2005.

Sugiharto, Bambang, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Suseno, Franz Magnis, Filsafat Kebudayaan Politik: Butir-butir Pemikiran Kritis, Jakarta: IKAPI, 1995.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Liberty. 2003.