Monday, December 24, 2012

Arti Kesuksesan



Apa itu Kesuksesan?


A.    Mengenal Arti kesuksesan
Apa itu sukses?, mendefinisikan arti sukses memang bukanlah perkara mudah, hal ini mengingat beragam anggapan dan persepsi yang beragam dari setiap orang tentang arti kesuksesan tersebut, tergantung latar belakang pendidikannya.  Ada yang memaknai kesuksesan dari bergelimangnya harta, tingginya kekuasaan, luasnya pengaruh, banyaknya ilmu, keberhasilan dalam bisnis, popularitas, memiliki kekuatan fisik dan lain-lain. Perbedaan tentang makna dan arti kesuksesan merupakan hal yang sangat wajar, akan tetapi akan menjadi sesuatu hal yang tidak wajar apabila cara mencapainya membahayakan diri dan merugikan orang lain.
“Kesuksesan” dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki arti yang sederhana tapi mendalam, yaitu didefinisikan sebagai keberhasilan atau keberuntungan. Pengertian lain dari sukses adalah apabila manusia mencapai apa yang dicita-citakan atau mencapai apa yang menjadi keinginannya (success is getting what you want). Dalam beberapa referensi memang ada yang membedakan antara kesuksesan dan kebahagian. Akan tetapi penulis pribadi berpendapat, bahwa sukses tidak akan berarti jika tidak mendatangkan bahagia. Sukses dan bahagia disini tidak dapat dipisahkan. Karena bahagia sesungguhnya adalah sikap mental atau suasana batin yang mengiringi setiap langkah pencapaian dari apa yang kita ingin.  Inilah sukses yang sejatinya benar-benar merupakan kesuksesan, yaitu sukses lahir dan batin dunia dan akherat.
Dalam diri setiap manusia, sadar atau tidak sadar pastilah ingin mengharapkan kesenangan, kenyamanan, cinta, ketentraman, kebahagiaan, kedamaian dan kesuksesan dalam hidup. Karena hal itu merupakan naluri manusia yang tidak dapat diperjual belikan. Siapapun orangnya, manusia “normal” tentu selalu ingin berupaya untuk mendapatkan kesuksesan hidup, tidak peduli orang awam atau bangsawan, orang melarat ataupun konglomerat. Mereka berharap naluri kebahagiaan yang ada pada dirinya terpenuhi. Karena andaikata naluri ini tidak terpenuhi dalam dirinya maka kegelisahan, kegundahan, dan ketidak nyamanan akan menguasai dirinya.
Intinya, setiap orang pasti ingin menjadi manusia yang sukses di dunia dan akherat. Namun, tahukah anda jalan mana yang harus ditempuh untuk menuju kesuksesan itu?. Dalam upaya untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesuksesan hidup, seorang muslim di bekali pedoman mulia yang diberikan oleh Allah swt, berupa kitabullah wa sunnatu Rasulullah. Bahkan kita selalu di motivasi untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairaat) apapun itu. Islam yang sempurna dan merupakan rahmat bagi seluruh alam mengajarkan bagi setiap pemeluknya untuk selalu optimis dalam memandang hidup ini. Bahkan, Allah swt. Telah memotivasi setiap hamba-Nya, untuk selalu berikhtiar sekuat kemampuan yang mereka miliki dan bertawakal.
Boleh dikatakan Islam sama sekali tidak pernah mengabaikan hak kehidupan dunia sebagai modal menuju kehidupan akherat. Semua ajaran Islam semata-mata untuk memenuhi urusan didunia. Adapun dunia adalah jalan menuju akherat; sebuah jalan yang diawali dengan kebaikan dunia hingga seorang muslim memperoleh kehidupan akherat yang bahagia. Seperti dalam bunyi doa sapu jagat yang sering kali kita panjatkan, yaitu “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Selain itu juga dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam surat Ar-Ra’d ayat 11, Allah juga mengajarkan hambanya untuk selalu berusaha, bekerja keras sebaik mungkin dalam hidupnya.
اِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيِّرُ مَا بِاَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d: 11)
Dalam perjalanan menuju arah yang dituju (sukses di dunia menuju sukses di akherat), tidak jarang manusia menemukan jurang yang berliku-liku, ada pula yang mendaki atau menurun, kadang juga bertemu dengan jurang yang dalam atau lembah yang sempit. Maka disini dia membutuhkan kendali  agar tidak tergelincir jatuh, dan kiat-kiat yang pas yang bisa digunakan oleh pengendara agar terhindar dari jalanan yang rusak serta bisa mengantarkannya kepada tujuan yang di inginkan.
Disinilah peran agama Islam bisa terlihat, agama seperti dikatakan Al-Ghazali memang benar-benar jalan atau perjalanan lurus menuju Allah. Manusia diseru untuk selalu mendekat kepada-Nya. Proses mendekatkan diri menuju Allah ini dinamakan taqarrub, yang berarti berusaha akrab atau menjadi “teman karib”. Dalam proses taqarrub itulah, manusia merasakan kenikmatan dan kebahagiaan rohani yang tiada tara dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Islam disebut sebagai jalan lurus, yaitu jalan yang diridhai Allah. Jalan lurus itulah jalan kemenangan dan kesuksesan dalam pengertian yang sebenarnya. Artinya, dengan jalan lurus bisa membuat kita cepat sampai. Sebaliknya, jalan yang berkelok-kelok seringkali membuat kita sesat dan gagal mencapai tujuan. Oleh karena itu dalam mencapai kesuksesan kita disuruh mengikuti jalan Islam dan tidak mengikuti jalan-jalan lain yang akan menjerumuskan kita dalam kehinaan.
semoga tahun depan impian kesuksesanku semakin dekat dan nyata... Amin yaa Robbal Alamin...

Thursday, January 19, 2012

Mulut Kita Berubah-ubah


MULUT KITA BERUBAH-UBAH


baca dan perhatikan mulut anda baik2. hohoho.....

-         Ini pekerjaan konyol. Orang lain mungkin akan sinis, untuk apa pekerjaan ini dilakukan. Tapi karena ingin tahu saja maka mengukur mulut dilakukan.

-         Berapa ukuran mulut? Saat diam panjangnya 4cm. Ketika tertawa lebar panjangnya 6cm, lebarnya (ketika bukak 4cm). ukuran mulut berubah lagi ketika menguap, sebuah posisi lisan paling pwol, lebarnya 5,5cm, panjang 6cm. Mulut mengkerut lagi ketika marah, tinggal 3cm. Ketika mesem, panjangnya menjadi 4,5cm.



-         Tiap orang ukuran mulutnya tidak sama. Apalagi jika dibandingkan dengan orang asing. Mulut kita lebih kecil. Meski demikian tidak bias dianggap remeh. Ada peribahasa. “si besar mulut“ ungkapan dalam menggambarkan tukang bicara. Ada istilah gerakan tutup mulut, artinya diam, tidak mau bicara.

-         Akan berbeda lagi dengan sebutan uang tutup mulut, artinya uang sogok untuk membungkam orang lain agar tidak membocorkan  rahasia orang lain. Mulutmu adalah harimaumu. Kalau kita tidak hati-hati bicara akan kena terkam sendiri, dan sebagainya.

-         Mulut, adalah cerminan alias pantulan hati seseorang. Perasaan seseorang bias dilihat dari posisi mulutnya. Seseorang yang gundah, mulutnya berbeda ketika senang. Mulut orang yang takut beda ma orang yang menggebu ingin bicara. Bahkan, mulut orang melamar gadis beda dengan gadis yang dilamar.

-         Apa yang keluar dari mulut politisi –khususnya menjelang pemilu- beda dengan ucapan yang keluar dari mulut orang alim. Kata-kata dari mulut polisi tidak akan sama dengan kalimat orang yang kena tilang. Kata-kata orang mabuk beda dengan kata-kata orang yang baru saja keluar dari masjid.

-         Dalam mulut ada benda kecil yang tak bertulang. Dia merupakan alat penting, bahkan terpenting dalam menjalin komunikasi dengan orang lain. Dari lidah ini munculberbagai makna. Tergantung siapa yang mengucapkan. Kata “damai” punya makna yang berbeda jika diucapkan orang berlainan pula. Misalnya, seseorang ibu rumah tangga mengatakan “damai pak” tidak sama artinya dengan kata yang sama yang diucapkan orang kena tilang polisi lalu lintas.

-         Sama-sama mengucapkan kata “Alhamdulillah” punya kedalaman makna yang berbeda  antara orang yang bersin, dan orang yang baru keluar dari tahanan. Atau antara orang yang terlepas dari sergapan binatang  buas dengan seorang yang melihat hasil pendaftaran jadi pegawai. Eksprsinya berbeda, ada yang mengucapkan Alhamdulillah sambil loncat-loncat, sujud syukur, ngelus dada, ngusap air mata, merangkul orang tuanya, dan sebagainya.

-         Sekali lagi, lisan adalah pantulan hati seseorang. Maka hati-hati menjaga lisan. Sebab, dengan organ tubuh yang satu ini seseorang bias celaka, atau bahagia. Dengan mulut, seseorang bias menjadi penghuni neraka atau sorga. Mulut pula yang menentukan seseorang dihormati atau di benci.

-         Apakah ada ucapan yang lebih baik dari orang yang menyeru ke jalan Allah? Pertanyaan ini terdapat dalam Qur’an. Orang yang lisannya selalu menyeru, mengajak, berdakwah, member nasehat, lebih mulia pilihan kata dan maknanya. Lisan yang seperti itu tidak salah dikatakan sebagai mulut sorgawi.

-         Rumah tangga bias berkualitas jika anggota keluarganya bias menahan ucapan, memilih kata yang baik, dan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara baik pula. Mulut, kunci sukses seseorang dilingkungannya. Akan lebih berharga jika kata-kata yang hendak keluar dari mulut ini “ditimbang” dulu dengan neraca hati.

-         Mulut begitu penting. Separuh ajaran Nabi terkait dengan mulut. Sifat Nabi, Shiddiq (benar/jujur), amanah, tabligh semua dekat dengan fungsi mulut. Begitu juga fathonah. Nabi juga banyak menyinggung soal mulut. Misalnya, Qul khoiron au liyashmut (bicaralah yang baik, jika tidak bias diamlah). Tebarkan salam diantaramu (mulut juga). Sepertiga isi perut udara, sepertiga makanan, dan sepertiga minuman, ini juga lewat mulut.

-         Sampai-sampai ketika mi’raj, nabi mendapat signal pentingnya menjaga mulut. Nabi melihat anak lembu keluar dari lubang kecil, setelah itu bingung akan masuk kembali, tetapi tidak bisa. Nabi Tanya pada malaikat Jibril, “ini gambaran apa?” ini contoh, orang yang terlanjur mengucapkan sesuatu, kalau salah tidak akan bisa ditarik kembali, jawab malaikat.

-         Konsistensi mulut, hati, dan perbuatan merupakan tanda orang beriman. Sebaliknya, kalau antara ketiganya tidak sejalan, orang tersebut disebut munafiq. Shalat kita harus khusyuk, salah satu tanda khusyuk, tahu arti dari yang dibaca (jadi tahu maksud ucapan mulutnya). Qur’an melarang kita shalat kalau apa yang kita ucapkan tidak kita sadari (mabuk).

-         Sangat tepat sebuah peribahasa menyatakan  Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan.” Artinya, selamat tidaknya seseorang tergantung bisa tidaknya dia menjaga mulutnya. Ada pepatah mengatakan, ”Mulutmu adalah umpama kudamu, andaikata engkau lepaskan kendalinya, ia lari semaunya. Tapi bila engkau kendalikan, dia akan berjalan teratur sesuai kemamuanmu.”

-         Secara tegas Nabi mengingatkan, “Peliharalah lidahmu (mulut, Red), karena nanti manusia akan dicampakkan ke dalam nerak, entah apakah mukanya, ataukah batang hidungnya yang tercampak lebih dahulu gara-gara tidak dapat memelihara lidahnya.”

-         Selain mulut, isi mulut ini juga menarik untuk dikaji. Sampai-sampai, Imam al-Ghazali secara khusus menulis soal lidah. Kata beliau, ada 10 penyakit lidah. Diantaranya, bicara yang tidak perlu. Banyak berbual atau banyak kelakar. Obrolan cabul tentang kemaksiatan, perzinahan, perjudian, permabukan, dsb. Bertengkat, bersitegang leher, dan mau menang sendiri. Sentimen dan menyerang. Mengutuk dan melaknati orang. Mengejek dan berolok-olok, berjanji palsu, mengumpat dan mengomongkan orang lain, serta mengadu domba dan menfitnah.

-         Dengan demikian sekarang terpulang pada kita. Mau menjaga mulut dengan sebaik-baiknya, atau kita biarkan saja bergerak secara bebas tanpa batas. Tetapi ujung-ujungnya dihadapkan pada dua pilihan; sorga atau neraka. Sampai disitu saya tidak berani mengukur mulut lagi. Sebab meski kecil ternyata sebagai penentu baik tidaknya seseorang, baik dihadapan sesama maupun dihadapan Allah. Tetapi saya tetap bersyukur karena diberi mulut yang penuh arti, harapan dan skaligus ancaman.