Laboratorium Lawrence Berkely memberikan saran agar baterai laptop
memiliki umur lebih panjang. Saran-saran tersebut diantaranya adalah:
1.
Untuk pemakaian di rumah, lepaskan baterai dari laptop, gunakan power
langsung dari adaptor yang dicolok ke listrik. Pakai baterai untuk
keperluan mobile saja. (mksudnya pggunaan yg benar, sperti dipakai saat
kuliah, mengajar, rapat, gunakan batrai tnpa adaptor. lalu di rumah pake
adaptor tnpa batrai. dan yg SALAH adalah, memakai batrai dan adaptor
secara brsamaan)
2. Ketika baterai sudah penuh, sebaiknya
lepaskan adaptor untuk mengisi baterai. Memakai baterai (dis-charger)
atau mengisi baterai (re-charge) akan memperpendek umur baterai. Kedua
perlakuan tersebut akan menghabiskan umur baterai menjadi lebih
singkat. Bila satu langkah saja dapat dijaga, maka umur baterai akan
lebih lama.
3. Suhu panas juga menganggu kemampuan
baterai. Menghadapi temperature terlalu panas akan memperburuk daya
tahan baterai itu sendiri. Disarankan tidak melewati batasi 15 derajat
dari suhu ruang. Tidak heran bila di negara tropis, baterai memiliki
daya tahan lebih rendah. Lebih baik memakai kipas tambahan untuk laptop
bila sering dipakai dalam waktu lama. Sama seperti peralatan elektronik
lainnya, laptop anda beroperasi dengan lebih efisien jika ia dijaga agar
tetap sejuk.
4. Redupkan Layar Anda - Semakin terang
layar anda, semakin banyak tenaga yang dibutuhkan. Jika anda tidak dapat
bekerja dengan yang redup, setidaknya buatlah ia secara otomatis
menjadi lebih redup saat tidak digunakan. (di laptop merek Asus memiliki
aplikasi yg namanya Power4Gear, sbuah aplikasi yg brfungsi mengatur
power yg d butuhkan, ada 4 pilihan managemen power sesuai kebutuhan,
yaitu: Batray Saving, Office, Entertainment, High Performance. Aplikasi
seperti inilah yg cukup brmanfaat, dan biasanya d laptop merek lain
trdapat aplikasi yg memiliki fungsi sama)
5. Singkirkan Peralatan Eksternal - Singkirkan atau matikan USB saat tidak digunakan.
6.
Jangan gunakan WiFi atau Bluetooth - Seperti peralatan eksternal, WiFi
dan Bluetooth mengkonsumsi banyak tenaga. Matikan saat tidak digunakan,
maka kerja laptop anda akan menjadi lebih ringan.
7.
Jangan menggunakan CD/DVD drive - Hard drive mengkonsumsi banyak energi,
tapi CD/DVD drive mengkonsumsi lebih banyak lagi. Cobalah untuk
menyimpan informasi pada hard drive dan gunakan dari sana.
8.
Hibernate, jangan Standby - Standby mengurangi penggunaan energi, namun
tidak sebanyak hibernation yang membuat pemakaian energi menjadi nol
saat tidak aktif.
9. Jangan melakukan Multitasking -
Cobalah untuk mengerjakan satu hal setiap waktu saat anda mengandalkan
baterai. Semakin banyak aplikasi yang jalankan, semakin besar beban yang
ditanggung laptop anda. Tutup program yang tidak diperlukan - Semakin
banyak program yang sedang berjalan, semakin berat laptop anda bekerja.
Tutuplah program - program yang tidak dibutuhkan (printer manager,
Itunes, internet, dll).
10. Jangan bermain game - Jika
anda tidak memiliki pekerjaan untuk dilakukan, hindarilah bermain game
atau menonton DVD. Aktivitas ini menggunakan lebih banyak tenaga
dibandingkan membuka email atau menggunakan word processor.
11.
Baterai yang jarang digunakan jangan dibiarkan menganggur untuk waktu
yang lama. Cobalah menggunakan baterai anda sekali dalam sebulan agar
baterai anda tidak kehilangan kapasitasnya.
12. Jangan
biarkan baterai laptop terbuka pada temperatur ekstrim atau cahaya
matahari langsung. Simpanlah di tempat yang kering dan sejuk.
(TechNews/yqm)
sumber:
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/11384-tips-memperpanjang-umur-baterai-laptop
Monday, April 25, 2011
Friday, April 8, 2011
KONSEP PENDIDIKAN MENURUT AL-GHAZALI
KONSEP
PENDIDIKAN MENURUT AL-GHAZALI
By: Tu'nas Fuaidah
By: Tu'nas Fuaidah
A. Latar Belakang
Al-Ghazali adalah ahli pikir ulung yang riwayat hidup
dan pendapat-pendapatnya telah banyak diungkap dan di kaji oleh para pengarang
baik dalam bahasa Arab, Inggris, maupun bahasa dunia lainnya termasuk bahasa Indonesia.
Hal itu sudah selayaknya bagi para pemikir generasi sesudahnya, karena dengan
mengkaji hasil pemikiran orang-oarang terdahululahdapat ditemukan dan
dikembangkan pemikiran-pemkiran baru.
Kalau kita telaah karya-karya al-Ghazali, terutama
karya terbesarnya Ihya Ulumuddin, tampaklah bahwa disamping sebagai
teolog, filosuf, kritikus, sufi, beliau juga ahli pendidikan.
Melihat kenyataan yang ada, pendidikan belakangan ini
terasa kurang mengarah kepada pembentukan insan kamil. Pendidikan kurang
menekankan adanya keseimbangan aspek spiritual dengan itelektual, antara
kebenaran dan kegunaan dalam diri manusia itu sendiri. Tapi, al-Ghazali berusaha
menyelesaikan masalah pendidikan seperti yang dilukiskan diatas dengna
menseimbangkan antara aspek spiritual dengan intelektual, kebenaran dan
kegunaan. Itulah yang melatar belakangi penulis untuk menampilkan konsep
pendidikan al-Ghazali.
B. Tujuan Pembahasan
Tujuan penbahasan
dalam makalah kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan riwayat singkat seluk beluk
kehidupan al-Ghazali.
2. Untuk Mengetahui bagaimana konsep-konsep pemikiran al-Ghazali
tentang pendidikan.
Imam al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H. bertepatan dengan
1059 M. di Ghazaleh, suatu kota
kecil yang terletak di Tus, wilayah Khurasan dan wafat di Tabristan wilayah
propinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H. bertepatan dengan 1
Desember 1111 M.
Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah
kelahirannya dengan mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi
ke Nisyafur, dan Khurasan yang pada waktu itu dikenal sebagai pusat pengetahuan
terpenting di dunia Islam. Dan
al-Ghazali berguru pada imam al-Haramain Abi al-Ma’ali al-Juwainy, yang
bermadzab syafi’i.
Diantara mata pelajaran yang dipelajari al-Ghazali di kota tersebut adalah
teologi, hukum Islam, falsafat, logika sufisme dan ilmu-ilmu alam yang kemudian
mempengaruhi sikap dan pandangan ilmiahnya. Hal ini terlihat antara lain dari
karya tulisannya yang dibuat dalam berbagai bidang-bidang ilmupengetahuan.
Dalam ilmu kalam, misalnya buku yang bberjudul, Ghayah al-Maram fi Ilm
al-Kalam; dalam bidang tasawuf menulis buku Ihya Ulum al-Din; dalam
ilmu hukum Islam menulis kitab al-Musytasyfa’ dan masih banyak lagi.
Karena demikian tidaklah mengherankan jika kemudian ia
mendapat berbagai macam gelar yang mengharumkan namanya, seperti gelar Hujjatul
Islam, Syaikh al Suffiyin dan Imam al-Murabin.
D. Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan
Secara sistematis pemikiran al-Ghazali memiliki corak
tersendiri. Ia secara jelas dan tuntas mengungkapkan pendidikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Totalitas pandangannya meliputi
hakekat tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, materi, kurikulum, dan
metode pendidikan.
1. Tujuan Pendidikan
Menurut
al-Ghazali, pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah pada pendekatan diri
kepada Allah dan mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu
bahagia dunia dan ahirat.
Menurut
al-Ghazali, pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang
dapat mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memperoleh ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak akan dapat diperoleh manusia kecuali melalui
pengajaran. Dari kata-kata tersebut dapat dipahami bahwa menurut al-Ghazali
tujuan dapat dibagi menjadi dua :
a. Tujuan jangka panjang
Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan
diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju
pengenalan dan kemudian pendekatan diri kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan
ibadah wajib dan ibadah manusia sehingga manusia harus senantiasa mengkaji
ilmu-ilmu fardhu ain.
b. Tujuan jangka pendek
Menurut al-Ghazali, tujuan jangka pendek ialah
diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Syarat untuk
mencapai tujuan itu, manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, baik yang termasuk
fardhu ain maupun fardhu kifayah.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan menurut al-Ghazali
adalah sebagai berikut:
1) Mendekatkan diri kapada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dengan
kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah.
2)
Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah
manusia.
3) Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas
keduaniaan dengan sebaik-baiknya.
4) Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
2. Pendidik
Menurut
al-Ghazali pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan,
menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekatdeengan khaliqnya.
Oleh karena itu, tampaklah bahwa secara umum guru bertugas dan bertanggung
jawab seperti Rasul, yaitu mengantarkan murid dan menjadikannya manusia
terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dan tugas-tugas
ketuhanan. Ia tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga
bertanggung jawab pula memberikan wawasan kepada murid agar menjadi manusia
yang mampu mengkaji keterbelakangan, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan
lingkungna yang menarik dan menyenangkan.
Sejalan
dengan pentingnya pendidikan mencapai tujuan sebagaimana disebutkan diatas,
al-Ghazali juga menjelaskan tentang ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan
pendidikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
a.
Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai
anak kandungnay sendiri.
b.
Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai
tujuan utama dari mengajar.
c.
Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya
dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau untuk mencari keuntungan
pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d.
Guru harus mendorong muridnya agar mencari lmu
yang bermanfaat
e. Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual
dan daya tangkap anak didiknya.
f. Guru harus dapat menanamkan keimanan kedalam pribadi anak
didiknya, sehingga akal pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu, dan
lain-lain.
3. Murid
Al-Ghazali
amat menekankan tentang pentingnya mutu moral dan etika murid. Ia mengharapkan
kepada para pelajar agar membersihkan dirinya dari perilaku yang rendah dan
perbuatan jahat. Karena pengetahuan adalah merupakan ibadah hati dan bersifat
ilahiyah, dan ilmu itu baru dapat masuk kedalam diri anak yang memiliki hati
yang bersih.
Sejalan
dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki sebagai hal-hal
berikut:
a. Memuliakan guru dan bersifat rendah hati.
b. Merasa satu bangunan dengan murid lainnya merupakan satu
bangunan yang saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang.
c. Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai madzhab yang dapat
menimbulkan kesesatan.
d. Mempelajari tidak hanya satu jenis yang tidak bermanfaat saja,
melainkan mempelajari berbagai ilmu.
Ciri-ciri
murid tersebut nampak juga masih dilihat dari prespektif tasawuf. Ciri-ciri
tersebut untuk masa sekarang tentu masih perlu ditambah dengan ciri-ciri yang
lebih membawa kepada kreatifitas dan kegairahan dalam belajar.
4. Kurikulum
Mengurai kurikulum pendidikan menurut
al-Ghazali, ada dua. Pertama, pengklasifikasiannya terhadap ilmu pengetahuan
dan kedua, pemikirannya tentang manusia berikut potensi yang dibawanya sejak
lahir.
Ketika membahas ilmu, al-Ghazali
secara terperinci menggunakan tiga pendekatan :
a.
Secara epistemologis
Ilmu
terbagi menjadi dua : syar’iyah dan aqliyah. Ilmu syar’iyah ialah ilmu
yang diperoleh para Nabi. Ilmu ini terdiri dari empat kelompok :
1)
Ilmu ushul, meliputi : Kitabullah, Sunnah
Rasul, Ijma’ umat dan peninggalan para sahabat.
2)
Ilmu furu’, melputi : ilmu yang
menyangkutvkepentingan ahirat dan kepentingan duniawi.
3)
Ilmu muqoddimah, yaitu ilmu yang merupakan alat,
seperti bahasa dan tata bahasa Arab.
4)
Ilmu penyempurna, yakni semua ilmu yang berkenaan
dengan al-Qur’an.
Adapun
ilmu aqliyah adalah yang bersumber dari akal baik yang diperoleh secara dhoruri
maupun ikhtisabi.
b.
Secara ontologis
Al-Ghazali
membagi ilmu menjadi dua macam :
1)
Ilmu fardhu ain, yakni ilmu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas akhirat dengan baik. Ilmu ini terdiri atas : ilmu
tauhid, ilmu syari’at dan ilmu sirri.
2)
Ilmu fardhu kifayah, yakni ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan urusan keduniaan, yang perlu diketahui manusia. Ilmu yang termasuk
jenis fardhu kifayah ialah, setiap ilmu yang dibutuhkan demi tegaknya urusan
keduniaan seperti ilmu kedokteran dan aritmatik.
c.
Secara aksiologis
Selanjutnya
al-Ghazali menggunakan pendekatan aksiologis dalam menilai.
1)
Ilmu yang tercela, banyak atau sedikit. Ilmu ini
tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia maupun diakhirat. Misalnya ilmu
sihir, nujum dan ilmu pedukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa madharat
dan meragukan terhadap kebenaran adanya Tuhan oleh karena itu ilmu ini harus
dijauhi.
2)
Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit. Misalnya
ilmu tauhid dan ilmu agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa seseorang
kepada jiwa yang suci bersih serta dapat mendekatkan kepada Allah.
3)
Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak
boleh diperdalam, karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman,
seperti ilmu filsafat.
Al-Ghazali
mendasarkan pemikirannya bahwa kurikulum pendidikan harus disusun dan
selanjutnya disampaikan kepada murid sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
psikisnya. Pentahapan dalam kurikulum yang dirumuskan al-Ghazali ini sesuai
dengan proses pendidikan anak yang diajarkan oleh Nabi SAW.
a. Usia 00-06 th. adalah masa asuhan orang tua.
b. Usia 06-09 th. Adalah masa dimulainya pendidikan anak secara
formal.
c. Usia 09-13 th. Adalah masa pendidikan kesusilaan dan latihan
kemandirian.
d. Usia 13-16 th. Adalah masa evaluasi terhadap pendidikan yang
telah berjalan sejak pembiasaan, dimulainya pendidikan formal, pendidikan
kesusilaan dan pendidikan latihan kemandirian.
e. Usia 16 th. Dan seterusnya , adalah pendidikan kedewasaan.
5. Metode Pengajaran
Al-Ghazali
amat menekankan terhadap pentingnya persiapan bahan pengajaran oleh guru. Ia
juga menekankan bahwa para guru harus mengamalkan ajaran-ajaran yang
dijarkannya. Point lainnya yang berkenaan dengan pentingnya seorang guru agar
menarik perhatian dalam mengembangkan dan mengajarkan pelajaran dengan cara
bekerja sama dengan dengan para siswa yang dengan cara demikian, para guru
telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada para siswa untuk memahami
bahan pelajaran yang diajarakan.
Al-Ghazali
selanjutnya mengingatkan para guru agar menghindari penyajian bahan pelajaran yang
rumit dan sulit terhadap para siswa permulaan, dan meminta para guru agar
memulai pelajaran dari yang paling mudah dan sederhana menuju kemata pelajaran
yang sukar dan kompleks.
Al-Ghazali
selanjutnya mengingatkan para guru supaya memperhatikan tingkat daya pikiran
anak, menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya, dan mengajarkan
ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur.
E. Analisis Wacana Tentang Pemikiran al-Ghazali dalam Dunia
Pendidikan dengan Dunia Pendidikan Dewasa Ini
Patut dibenamkan apa yang dikatakan Ismail Rafi
al-Faruqi bahwa inti masalah yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah masalah
pendidikan, dan tugas terberatnya adalah memecahkan masalah tersebut.
Hal ini dapat dipahami dari satui segi tujuan
diciptakannya manusia ialah manusia berpotensi untuk menjadi khalifah fi
al-ardi. Potensi tersebut akan bermanfaat hanya jika digali melalui
pendidikan karena itulah pendidikan merupakan usaha penggalian dan pengemangan
fitrah manusia.
Akan tetapi, munculnya filsafat pragmatisme yang
mendapat inspirasi dari John Dewey, telah mengubah arah orientasi pendidikan.
Filsafat pragmatisme telah mengabaikan konsep-konsep kebenaran dan menggantinya
dengan kegunaan, dan pengaruh itu berjalan terus, akhirnya terwujudlah
manusia-manusia yang menghancurkan konsep keagungan dan kemuliaan diri manusia
itu sendiri. Penggantian konsep tersebut mengharuskan kita untuk mengubah
sistem pendidikan yang ada sekarang, yang menyangkut dasar, tujuan, materi,
kualifikasi, sistem evaluasi pendidikan dan lain-lain sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan.
Tidak ada jalan lain untuk mengatasi dunia pendidikan
semacam itu kecuali kembali kepada dan menerapkan sistem pendidikan yang
memperhatikan fitrah manusia secara utuh, yakni sistem pendidikan Islam.
Selanjutnya, terhadap tantangan-tantangn yang sedang
dihadapi dunia pendidikan dewasa ini, ternyata konsep pendidikan al-Ghazali
mampu menjawabnya. Bukti kongkritnya adalah Ihya’.
Tampilnya pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan
dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena aktualitas konsepnya,
keje;lasan orientasi sistemnya, dan secara umum karena pemikirannya yang sesuai
dengan sosio kultural. Penampilannya dalam dunia pendidikan merupakanb usaha
pengubahan eksistensi muslim yang saat ini telah rusak hubungannya dengan
sejarah masa lampaunya. Juga, sumbangsihnya terhadap pendidikan Islam untuk
mempelajari warisan para leluhurnya yang telah dihalangi oleh barat.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa disamping sebagai
teolog, filosuf, kritikus, sufi, beliau juga ahli pendidikan, oleh karena itu
pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
Sejak kecil beliau sudah belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Secara
sistematis pemikiran al-Ghazali memiliki corak tersendiri. Ia secara jelas dan
tuntas mengungkapkan pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Totalitas pandangannya meliputi:
1. Hakekat tujuan pendidikan
Menurutnya, pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah
pada pendekatan diri kepada Allah dan mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan
hidupnya yaitu bahagia dunia dan ahirat.
2. pendidik
Menurut al-Ghazali pendidik adalah orang yang berusaha membimbing,
meningkatkan, menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan
khaliqnya.
3. peserta didik
Al-Ghazali amat menekankan tentang pentingnya mutu moral
dan etika murid. Ia mengharapkan kepada para pelajar agar membersihkan dirinya
dari perilaku yang rendah dan perbuatan jahat.
4. kurikulum
Mengurai kurikulum pendidikan
menurut al-Ghazali, ada dua. Pertama, pengklasifikasiannya terhadap ilmu
pengetahuan dan kedua, pemikirannya tentang manusia berikut potensi yang
dibawanya sejak lahir.
5. metode pendidikan.
Al-Ghazali amat
menekankan terhadap pentingnya persiapan bahan pengajaran oleh guru. Pentingnya
seorang guru agar menarik perhatian dalam mengembangkan dan mengajarkan pelajaran.
Menghindari penyajian bahan pelajaran yang rumit dan sulit terhadap para siswa
permulaan.
Daftar
Pustaka
Alavi,
Zianuddin, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, Bandung: Angkasa. 2003
Al-Rasyidin
dan H. samsul Nizar Filasat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis,
Praktis, Jakarta:
Ciputat Press. 2005
Ibn
Rusn, Abidin, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1998
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.1997
Zianuddin
dkk., Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali, Jakarta: Bumi aksara. 1991
Subscribe to:
Posts (Atom)