Sunday, December 18, 2011

Sejarah Pada Masa Rasulullah SAW

 
SEJARAH PADA MASA RASULULLAH SAW

By: Miftahul Muthoharoh

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan  membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah islam yang sebenarnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana biografi  rasulullah saw?
2.      Bagaimana sejarah peradaban isalam pada fase makkah?
3.      Bagaimana sejarah peradaban islam pada fase madinah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Biografi Nabi Muhammad SAW.
1.  Sebelum Masa Kerasulan
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy, Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun gajah – tahun ketika pasukan gajah abrahah menyerang makkah dan menghancurkan ka’bah[1].
Nabi Muhammad lahir dari keluarga miskin, ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthollib, ibunya bernama aminah binti wahab, Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal setelah tiga bulan menikahi aminah, Muhammad demudian diserahkan kepada ibu pengasunya yang bernama Halimah Sa’diyah,dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun dan pada umur enam tahun dia sudah menjadi yatim piatu, setelah aminah meninggal, abdul muthollib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad, namun dua tahun kemudian abdul muthollib meninggal dunia karena renta, kemudian tanggung jawab sepenuhnya beralih pada pamannya abu tholib, dia juga sangat disegani dan dihormati orang Quraisy.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai seorang pengembala, pada usia ke dua puluh lima Muhammad berangkat ke syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya yang telah lama menjanda yang bernama khadijah, dalam perdagangan ini Muhammad mendapatkan laba yang besar kemudian khadijah melamarnya, lamaran itu akhirnya diterima dan ahirnya pernikahan berlangsung, ketiaka itu nabi Muhammad berusia dua puluh lima tahun dan khodijah berumur empat puluh tahun.
Muhammad terkenal dengan orang yang bijaksana, peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun pada saat bangunan ka’bah roboh[2].
2.  Masa Kerasulan
Ketika Muhammad mencapai usia empat puluh tahun, dia lebih suka berkhalwat ( mengasingkan diri ), dengan pergi kesebuah gua di gunung hira, dekat makkah, dan menyerahkan diri untuk merenungkan tentang ketuhanan[3],ahirnya pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 M, malaikat jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama yaitu surat Al – Alaq ayat 1 – 5, dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih menjadi seorang utusan Allah[4].
Setelah turun wahyu yang pertama, jibril tidak muncul lagi, pada waktu itu nabi Muhammad selalu menanti kedatangan jibril, pada saat penantian itulah akhirnya jibril datang dengan membawa wahyu perintah kepadanya, yaitu surat Al Muddatsir: 1-7 yang berbunyi:

يَااْيُّهَا اْلمُدَثّْرْ(١) قُمْ فَاْانْدِرْ(٢) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ(٣) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ(٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ(٥) وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرٌ(٦) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ(٧)

B.   Fase Makkah.
Pada periode makkah ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah :
1.  Tahapan Dakwah Secara Semunyi Sembunyi.
Makkah merupakan agama sentral agama bangsa arab. Disana ada peribadatan terhadap ka’bah dan penyembahan terhadap patung patung dan berhala, cita cita untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit dan berat, maka dalam menghadapi kondisi ini maka tindakan yang bijaksana adalah memulai dakwah secara sembunyi sembunyi.
Pada awal mulanya rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarga, dan sahabat sahabat beliau, dan orang orang yang pertama kali masuk islam dalam sejarah islam disebut As – Sabiqunal Awwalun. Mereka antara lain adalah khodijah, ali bin abi tholib, abu baker as shidiq, zaid bin hariritsah.[5]

2.  Tahapan dakwah secara terang terangan
Setelah tiga tahun berdakwah secara sembunyi sembunyi , sekitar tahun 613 ahirnya nabi berdakwah secara terang terangan, tetapi pada tahun pertama tama dakwah Muhammad SAW masih belum memuaskan, terlepas dari jumlah kelompoknya yang berjumlah kecil, dakwah Muhammad berhadapan dengan oposisi dari segala penjuru, saat itu pemimpin quraisy mulai menghalangi dakwah rasul, mereka melecehkan wahyu yang dibawa oleh nabi Muhammad, hingga mereka menuduh rasulullah ahli nujum, tukang ramal, kemudian datanglah penyiksaan terhadap Muhammad dan pengikutnya, dan sebuah pemboikotan ekonomi yang mempersulit mereka dalam memenuhi kebutuhan makanan dipasar pasar[6].
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan islam antara lain: (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. (2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. (3) para pemimpin quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. (4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat, berakar pada bangsa arab. (5) pemahat dan penjual patung menganggap islam sebagai penghalang rezeki[7].

3.  Tahapan dakwah diluar Makkah
Karena semakin mendesak tekanan disana sini terhadap pengikutnya, pada tahun 619 Rasulullah memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam diluar wilayah makkah, Rasulullah memerintahkan kaumnya hijrah ke daerah habasyah. Rombongan yang hijrah ke habsyah sebanyak enam belas orang, terdiri dari dua belas orang laki laki dan empat orang wanita, yang dipimpin oleh Ustman bin Affan.
Karena penyiksaan dan penindasan yang dilakukan oleh orang kafir quraisy semakin menjadi jadi, maka nabi memerintahkan umatnya untuk hijrah yang kedua kalinya, saat ini berjumlah delapan puluh tiga orang laki laki dan delapan belas wanita, sementara itu nabi tetap dimakkah mendakwahkan islam dikota makkah.
Banyak kejadian yang terjadi setelah rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke habasyah, dari keislamannya umar bin khottob, dan hamzah bin abdul muthollib, yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati rasulullah atas meninggalnya paman nabi abu tholib dan istrinya siti khodijah.

Pada tahun kesepuluh kenabian, Rasulullah pergi ke thaif, beliau pergi dengan berjalan kaki, dengan didampingi pembantunya zaid bin haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah untuk memeluk islam namun tak ada satupun yang memenuhinya. Sesampainya di thoif rasulullah menyeru agama Allah kepada pemimpin bani tsaqif, namun semua menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau, namun pembantu nabi Muhammad senantiasa melindungi beliau.[8]
Untuk menghibur nabi yang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memi’rajkankan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu, berita isara’ mi’raj itu menggemparkan makkah, bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi, sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Stelah peristiwa isra’ mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam muncul, perkembangan datang dari sejumlah penduduk yatsrib yang berhijrah ke makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khajraj, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang khajraj berkata kepada nabi; “bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaituantara suku Aus dan Khajraj, mereka benar benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantara engkau dan ajaran ajaran yang engkau bawa, oleh karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini. Mereka giat mendakwahkan islam di yatsrib. Pada tahun keduabelas kenabian delegasi yastrib terdiri dari sepuluh suku Khajraj dan dua orang suku Aus datang menemui nabi disuatu tempat bernama aqobah, dihadapan nabi mereka kembali mengucapkan ikrar kesetiaan, ikrar mereka ini disebut dengan perjanjian ‘aqobah pertama’, pada musim haji berikutnya jama’ah haji yang datang dari yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk yatsrib, mereka meminta pada nabi agar berkenan pindah ke yatsrib. Mereka berjanji akan membela nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut dengan perjanjian ‘aqobah kedua’[9].
Setelah kaum quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang orang yatsrib itu, mereka semakin gencar melakukan intimidasi terhadap kaum muslimin. bahkan mereka merencanakan untuk membunuh nabi, ketika sejumlah pemuda bangsawan mengepung rumah nabi maka muncullah naluri untuk menyelamatkan diri beliau, beliau ditemani abubakar pergi untuk bersembunyi di gua Tsur. Dari tempat itu mereka berangkat menuju yatsrib dan sampai disana pada tanggal 2 juli 622 M. sejak itu, sebagai penghormatan kepada nabi nama kota yatsrib diubah menjadi madinatun nabi ( kota nabi ) atau sering pula disebut madinatul munawaroh ( kota yang bercahaya ), karena dari sanalah sinar islam memancar keseluruh dunia.
Sebab sebab utama yang membuat nabi berhijrah antara lain sebagai berikut :
1.  pertama, perbedaan iklim dikedua kota itu mempercepat dilakukannya hijrah, iklim madinah yang lembut dan watak rakyatnya yang tenang sangat mendorong penyebaran dan pengembangan agama islam di madinah.
2.  Nabi nabi pada umumnya tidak dihormati di negeri negeri mereka, nabi Muhammad juga tidak diterima oleh kaumnya sendiri, akan tetapi dia diakui sebagai nabi Allah oleh orang orang madinah, dan dia sungguh sungguh diminta untuk datang dikota madinah, dan dia sungguh sungguh diminta untuk datang di kota mereka.
3.  golongan pendeta dan kaum ningrat quraisy makkah secara bernafsu menentang agama baru itu, mereka menganggap agama bari itu sangat bertentangan dengan kepentingan mereka, akan tetapi di madinah tidak ada golongan pendeta ataupun kaum bangsawan apapun, oleh karena itu penyebaran islam di madinah lebih mudah daripada dikota makkah.

C.   Fase Madinah.
Setelah tiba dan diterima penduduk yatsrib ( madinah), nabiresmi menjadi pemimpin penduduk kota itu, bapak baru dalam sejarah islam pun dimulai, pada periode madinah islam merupakan kekuatan politik, ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan politik banyak yang turun di madinah, di kota ini nabi Muhammad mempunyai dua kedudukan yaitu sebgai kepala Negara dan sebgai utusan Allah.
Di kota ini nabi membangung bebeapa hal dalam rangka untuk memperkokoh islam, antara lain:
1.          Rasulullah mebangun masyarakat baru
Langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah membangun masjid, mesjid itu bukan hanya sebagai tempatsholat semata, tetapi juga sebagai tempat sekolah bagi orang orang muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan bimbingannya, dan juga sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsure kekabilahan dan sisa sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, disamping semua itu, mesjid juga sebagai tempat tinggal orang orang muhajirin yang miskin, yang datang kemadinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat, disamping itu beliau juga membangun beberapa rumah disisi masjid, yang mana dindingnya terbuat dari susunan batu bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon.
Disamping nabi membangun masjid dan rumah rumah, di kota ini nabi meletakkan dasar ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesame muslim, nabi mempersaudarakan antara golongan muhajirin, orang orang yang hijrah dari makkah ke madinah dan anshar, penduduk madinah yang sudah memeluk islam, hal ini menyebabkan rasa persaudaraan yang sangat erat dan membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam[10].
2.          Perjanjian dengan pihak yahudi
Selain hubungan persahabatan dengan pihak pihak lain yang tidak beragama islam, di madinah disamping orang orang arab islam juga terdapat golongan masyarakat yahudi dan orang yahudi yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka, sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang orang yahudi sebagai suatu komunitas yang dikeluarkan, setiap anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu jelasdisebutkan bahwa rasulullah menjadi kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas muthlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social dia juga meletakkan persamaan antar sesame manusia, perjanjian ini, dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan konstitusi madinah.
Dengan terbentuknya Negara madinah islam makin bertambah kuat, perkembangan islam pesat itu membuat orang orang makkah dan musuh musuh islam lainnya menjadi risau, dan hal ini akan mendorong orang kafir quraisy berbuat apa saja, untuk mengatasi hal itu nabi membuat siasat dan membentuk pasukan tentara, umat islam diijinkan berperang dengan dua alasan:
(1)   Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya.
(2)   Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang orang yang menghalanginya.
Dalam sejarah islam perang pertama yang sangat menetukan masa depan Negara islam adalah perang badar, perang antara kaum quraisy dan kaum muslimin, yang terjadi pada tanggal 18 Ramadhan pada tahun ke-2 hijriyah .
Pada tahun ke 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu kaum musliminberangkat ke makkah, untuk melaksanakan ibadah umrah, karena itu mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata. Sebelum tiba di makkah, mereka berkemah di hudaibiyah, beberapa kilometer dari makkah. Penduduk makkah tidak mengijinkan mereka masuk kota, akhirnya diadakan perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah
Isi Perjanjian Hudaibiyah antara lain:
1.      Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan.
2.      lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari.
3.      Kaum muslimin wajib mengembalikan orang orang makkah yangmelarikan diri ke madinah, sedang sebaliknya, pihak quraisy tidak harus menolak orang orang madinah yang kembali ke makkah.
4.      Selama sepuluh tahundiberlakukan gencatan senjata antara masyarakat madinah dan makkah
5.      Setiap kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum quraisy atau kaum muslimin bebas melakukan tanpa mendapatkan rintangan.
Selama dua tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung dakwah islam sudah menjangkau jazirah arab dan mendapat tanggapan positif, hampir seluruh jazirah arab telah menghabungkan diri dalam islam.
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terahir haji wada’ tahun 10 H (631 M), nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah, isi khotbah itu antara lain melarang menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan bathil, perintah memperlakukan istri dengan baik, dan perintah menjahui dosa, hamba sahaya diperlakukan dengan baik, umat islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yaitu Al-Qu’an  dan Al – Hadits, isi khotbah ini merupakan prinsip yang mendasari gerakan islam, selanjutnya prinsip prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan, social, keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.[11]
Setelah itu nabi kembali ke madinah, beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran ajaran islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan kemudian nabi menderita sakit demam, tenaganya dengan cepat berkurang, dan pada hari senin tanggal 12 rabi;ul awwal 11 H / 8 juni 632 M, nabi Muhammad Saw wafat dirumah istrinya aisyah

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari beberapa pembahasan mengenai Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulandiantaranya:
1. Nabi Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal, tahun gajah, kira-kira 571 masehi.
2..Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.
3.Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah

B. SARAN
                  Adapun saran yang bisa penulis berikan :
1.Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Nasir Mahmudun, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, ( Bandung : CV Rosda, 1988)
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II , ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
Lapidus Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, ( Jakrta : PT Raja Grafindo Persada)
Rudi arlan Al-farisi, sejarah masa nabi, http//spistai.blogspot.com/2009/03/.html





[1] Syed Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, ( Bandung : CV Rosda, 1988 ), hal. 103.
[2] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II , ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 18.
[3] Ibid, Islam Konsepsi Dan Sejarahnya, hal. 106.
[4] Ibid, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, hal. 18.
[5] Rudi arlan Al-farisi, sejarah masa nabi, http//spistai.blogspot.com/2009/03/.html
[6] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, ( Jakrta : PT Raja Grafindo Persada), Hal. 35.
[7] Ibid, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, Hal 21.
[8] Rudi arlan Al-farisi, sejarah masa nabi, http//spistai.blogspot.com/2009/03/.html
[9] Ibid, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, Hal 24.
[10] Rudi arlan Al-farisi, sejarah masa nabi, http//spistai.blogspot.com/2009/03/.html

[11] Ibid, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, Hal. 31-33

Saturday, December 10, 2011

Dipersimpangan RUANG dan WAKTU

 Dipersimpangan Ruang dan Waktu

“Sesuatu itu akan INDAH, jika sudah sampai pada waktunya” begitulah setidak-tidaknya pesan Imam Ibn Athaillah dalam karya monumentalnya Al-Hikam. Secara sadar atau tidak, kata-kata itu telah menjadi energi baru dalam hidupku, mengangkatku untuk kembali bangkit saat aku terjatuh. Memberikan kekuatan baru saat aku lemah.....

Mari kita duduk sejenak, mencurahkan segala potensi pikir kita beranjak dari kesibukan tentang dunia. Istirahatkan sejenak pikiran kita dari pekerjaan kita mencari harta benda, Istirahatkan sejenak pikiran kita dari setiap persoalan yang ada, Istirahatkan sejenak pikiran kita dari problema CINTA dan KEHIDUPAN yang tak ada akhirnya.

Marilah kita minum kopi dulu, minum teh dulu, susu juga boleh, asal jangan minum arak atau bir yang memabukkan, karena kita akan mencurahkan pikiran kita dalam keadaan sadar, bukan mabuk atau gila. Kita satukan pikiran kita dengan kesadaran setiap rasa, dengan kesadaran tiap indra, dengan kesadaran yang benar-benar sadar kalau kita ADA bukan hanya sekedar ADA. Tapi kita ADA untuk BERADA dan MENJADI ADA.

Sesekali masukkanlah camilan atau makanan apapun dalam mulut kita, biarkan sejenak lidah ini menganalisa tiap detail rasa yang ada, ada manis, asam, lezat, atau bahkan sedikit rasa pahit, nikmatilah.....sebentar, biarkan lidah ini menyelesaikan anatomi rasa pada makanan dimulut kita. Kemudian kunyahlah, biarkan gigi melakukan aktivitas wajibnya untuk menghancurkan makanan tersebut.

Euuumbh... Sambil mengunyah makanan tersebut biarkan gigi ini melakukan diagnosa antara renyah tidaknya makanan tersebut, kalau makanan sudah masuk ke dalam mulut secara spontan gigi ini akan melakukan kewajibannya, dia tak pernah menolak makanan untuk di kunyah selama makanan tersebut tidak lebih keras dari gigi yang kita miliki.

Lalu kita teringat pada firman Allah...”Laa....Yukallifullaha Nafsan Illa Wus’ahaa” artinya allah tidak akan menggantungkan sesuatu pada hambanya kecuali hamba itu mampu memikulnya.

Kiranya sama dengan potensi Gigi kita, dia diciptakan untuk menghaluskan makanan yang masuk kedalam mulut kita, selama makanan tersebut tidak lebih keras dari gigi yang kita miliki. Maka kita juga harus adil pada gigi. Jangan sampai ia di kasih besi, maka kamu juga yang merasakan nikmatnya rasa sakit itu.....!!!! (kalau anda belum mencoba, cobalah dulu, maka kau akan mengerti betapa besarnya nikmat TUHANMU)

Tugas GIGI memang agak berat, tapi ia tak pernah menyalahi tugasnya, tak ada ceritanya gigi mogok untuk mengunyah selama ia dalam kondisi normal. Ia rela bertugas untuk menghaluskan makanan agar bisa sampai dengan mulus ke dalam perut, melalui rongga tenggorokan yang begitu sensitif terhadap benda-benda keras.

Oke...!!! cukup sudah. Kita kembali pada “sesuatu itu akan indah pada waktunya”. Dalam kata-kata tersebut tersimpan sejuta misteri yang penuh dengan kejutan. Seperti halnya misteri ruang dan waktu yang tak di ketahui ujung dan pangkalnya. Namun keduanya terbatas. Entahlah kapan dan dimana mereka berdua akan berakhir.

Ke-misterian waktu dan ruang memberikan kita KEBAHAGIAAN dengan modal KEINGINAN yang seringkali mendesak dan meluap-luap, sang pengatur waktu telah menentukan segalanya, agar keinginan kita itu bisa menjadi indah.

Coba bayangkan saja, kita akan tahu nikmatnya sehat ketika sakit, tahu nikmatnya bahagia ketika sengsara, dan silahkan cari contoh-contoh yang lainnya. Intinya kebahagiaan dan kesedihan itu sama-sama tersimpan dalam ruang dan waktu yang menjadi misterinya.

Tanpa ke-misterian dalam hidup ini, kita tak akan mengenal kejutan. Bukankah kebahagiaan yang datang dalam bentuk kejutan lebih indah dari kebahagiaan yang telah terencanakan.??????? Itulah sebabnya kita sering mengharap datangnya keajaiban-keajaiban.

Kalau tiap doa dikabulkan seketika, kalau tiap keinginan menjadi kenyataan mungkinkah kita akan tahu arti dari sebuah keindahan dan kebahagiaan..???? saya kira tidak. Hidup ini akan berlalu dengan begitu hampa tanpa degub jantung yang memacu andrenalin kita. Akh........keringat ini tak akan pernah keluar. Sungguh luar biasa desain hidup ini. (alhamdulillah).

Coba bayangkan jika misteri waktu dan ruang tersingkap, dan kita tahu apa yang akan terjadi hari esok, lusa dan seterusnya. Masihkan kita tertarik untuk hidup.....????,

oleh sebab ketidak tahuan-kemisterian-dan kejutan-kejutan yang telah disiapkan itulah kita harus senantiasa berharap-harap senang, bukan berharap-harap cemas, sedih bahkan kecewa. percayalah, dan berusahalah untuk pandai mengendalikan diri. Karena apapun yang terjadi sesuai atau tidak dengan kehendak kita, kita kembali pada waktu dan ruang yang barangkali telah sampai atau masih belum.

Kita tak pernah punya kehendak atau kita tak pernah dikasih pilihan untuk lahir atau tidak, menjadi laki-laki atau perempuan, dari rahim si kaya atau si miskin, jelek atau rupawan, di kota atau di desa dan lain sebagainya. Semunya telah berada dalam yang MAHA BERKEHENDAK. Tapi bukan berarti kita berhenti berusaha dan berdoa. Karena tugas kita adalah menyeleraskan KEHENDAK KITA dengan KEHENDAK TUHAN kita. Itulah RIDHA TUHAN dalam TakdirNya.

Wednesday, December 7, 2011

Bermesraan Ala Al-Qur'an

BERMESRAAN ALA AL-QUR’AN



Keromantisan dalam sebuah hubungan adalah sebuah kebutuhan, khususnya dalam hubungan keluarga, dan keromantisan itu sendiri haruslah beretika secara Islami. Lewat al-Qur’an Islam sudah sangat jelas dan gambling mengajarkan bahwa kelanggengan sebuah hubungan apalagi biduk rumah tangga itu harus ada rasa romantic yang terjalin antara suami dan istri, antara pria dan wanita. okelah, ayo sekarang kita mencoba menggalinya lewat kandungan ayat-ayat al-Qur’an, bagaimana Islam menggambarkan keromantisan  dan etikanya.
Para ahli tafsir hamper sepakat (ittifaq) kandungan al-Qur’an terkumpul dalam surat Yasin kemudian teringkas dalam surat al-Fatihah, berangkat dari sinilah timbul rasa penasaran, Adakah dibenarkan al-fatihah mengakomodir beberapa sendi kehiduapan yang telah di atur dalam al-Qur’an? Dan keromantisan sudah tersirat cukup hanya di al-Fatihah saja? Seandainya, kita membahas konsep bercinta lewat semua ayat pasti akan banyak kita temukan dan mungkin bisa mencapai angka puluhan.
Ketika membuka al-Qur’an dalam surat al-Fatihah kita temukan ayat 1: bismillahirrahmanirrahim (dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Reaksi pertama menyebut namaapabila kita cermati,  sudah pasti membutuhkan rasa “kenal dan mengetahui” siapa saja yang akan dan sudah kita cintai?. Modal utama dan paling utama adalah kenal terlebih dulu, siapa dia? Hal ini tentu sangat memudahkan kita untuk mencapai derajat tahabbub (saling mencintai). Redaksi kedua menyebut “yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” ayat ini mengajarkan kita  untuk memposisikan diri sebagai orang yang lagi pendekatan. Sehingga mengaluarkan ucapan-ucapan yang memeberikan arti adanya simpati dan menaruh hati sehingga nantinya perkenalan yang kita jalani tidak berhenti dalam kata teman saja.
Ayat 2: Alhamdulillahi rabbil alamin (segala puji bagi Allah yang menguasai alam semesta). Simpati yang kita tebarkan harus dilanjutkan, salah satunya adalah dengan cara memberikan pujian. Karena dengan memuji, orang akan merasa tersanjung dan berada di atas titik “ketidaksadaran” dan yang perlu diingat pujian harus sejujurnya. Kita tidak boleh berbohong, karena kejujuran merupakan sendi kelangsungan romantisme bercinta dalam keluarga.
Ayat 3: Arrahmanirrahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Pengulangan ayat disini bukan tanpa kegunaan, akan tetapi merupakan salah satu dari bentuk penegasan, ketegaran bahwa pujian yang kita uraikan bukan atas kebohongan, akan tetapi dengan kejujuran dan kenyataan. Penegasan disini juga merupakan proses meyakinkan, bagaimana seseorang yang kita kasihi merasa senang, tentram, sekaligus bangga dengan kekasihnya. Karena pujian yang berulang-ulang sangat dcurigai sebagai pujian “gombal”, kita harus mencari dukungan dengan perangkat yang lain atau dengan ayat selanjutnya.
Ayat 4: Malikiyaumiddiin (Tuhan yang Menguasai hari kemudian). Ayat ini bila kita cermati akan bersifat rayuan setelah adanya perkenalan, pengakuan dan pujian. Jika memang sudah demikian, maka sudah saatnya untuk tebar pesona dengan berbagai macam bentuk rayuan. Rayuan juga harus dengan sejujur-jujurnya dan tidak boleh terlalu berlebihan suapaya tidak mengundang rasa curiga. Dalam ilmu tafsir, setelah Rasul membaca ayat ini, Allah mengikutinya dengan ucapan majjadani abdi artinya hamba-Ku telah memuji-Ku. Munculnya balasan pujian adalah bukti jelas bahwa cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan. Setelah rangkaian kata cinta tercurahkan dan kita berhasil mengikat atau sudah ada sinyal tanda simpati, maka kita bias naik pada trik selanjutnya… hehe
Ayat 5: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku meminta). Setelah Tuhan mengajarkan pujian dan kata cinta, dalam ayat kelima ini Tuhan mengajarkan peneguhan diri dengan mendeklarasikan diri untuk senantiasa mencintainya tanpa yang lain. Hanya kepada-Mu kalimat ini menunjukkan bahwa cinta kita hanya untuk satu orang saja dan tiada yang lain. Keberadaan serupa juga terdapat dalam ayat setelahnya (iyyaka nasta’in) hanya saja dalam ayat ini lebih memberikan keseriusan  sehingga dalam tafsir, Allah menjawab hadza baini wa baina abdi, wa liabdi ma saala (ini adalah urusan  antara aku dan hambaku dan bagi hambaku kuberikan apa yang ia minta).
Ayat 6: ihdinashiraathal mustaqiim (tunjukkanlah kami jalan yang lurus). Pengajaran Tuhan dari sini ialah hendaklah orang yang saling mencintai (suami istri) tidak berbuat semena-mena dan semaunya sendiri. Tidak berbuat sombong dan egois. Meminta tolong  kepada orang yang kita cintai  adalah sesuatu hal yang wajar, bahkan bila dipupuk dengan seksama akan menghasilkan sebuah keromantisan  yang tidak akan pernah ditemukan dalam lainnya. Hal ini juga dikarenakan antara karakter pria dan wanita terjadi banyak perbedaan yang bias disempurnakan ketika keduanya saling melengkapi. Apabila keegoisan dapat diredam insyaallah layar bahtera cinta akan semakin berkembang.
Ayat 7: Shirathalladzina an’amta alaihim ghairil maghdlubi alaihim waladdallin (yaitu jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat padanya dan bukan jalan mereka yang engkau murkai dan bukan pula mereka yang sesat). Ketika membaca ayat ini Allah mengikutinya dengan ucapan  sebagaimana ayat kelima “ini adalah urusan  antara Aku dan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku Kuberikan apa yang ia minta”. Setelah seorang suami  berjalan dengan ketulusan, sudah saatnya seorang istri membalasnya dengan hal yang serupa. Kalau dalam ayat diatas seorang hamba meminta nikmat kepada Tuhannya dan kenikmatan Tuhan hanya akan diberikan kepada orang yang benar-benar dicintai. Dalam hal bercinta juga  sudah sepantasnya kenikmatan yang diminta  seorang suami harus diberikan oleh sang istri dan hendaknya sang istri juga tidak akan memberikan kenikmatan selain kepada orang yang benar-benar ia cintai yaitu sang suami, sehingga hal ini nantinya akan selaras dengan jawaban Tuhan “ini adalah urusan  antara Aku dan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku” menjadi “ini adalah urusan antara aku dan suamiku tidak ada seorangpun yang boleh tahu” ….. ssssttt hahaha.
Demikianlah sekilas terobosan keterangan tentang tafsir al-Fatihah yang memberikan bukti bahwa  al-Qur’an benar-benar mukjizat yang tidak pernah rapuh dan dan lekang karena panas dan hujan. Semoga pembaca bias mengambil hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an. Wallahu a’lam bisshowab.
                                                                       
“Kaki Langit”

Thursday, December 1, 2011

Raih Keberkahan di Pagi Hari

by: Mu'iz Syariev

Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi:

 ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).


Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.

 عن النبي صلى الله عليه وسلم قال اللهم بارك لامتي في بكورها وكان اذا بعث سرية او جيشا بعثهم من اول النهار وكان صخر رجلا تاجرا وكان يبعث تجارته من اول النهار فاءثرى وكثر ماله

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)

Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi. Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.

Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah... Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari...???

Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:

Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.

Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir. Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu larut malam mendekati jam duabelas malam. Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan malas.

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)

Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh. Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati dari penyakit kemunafikan.

 قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان اثقل صلاة على المنافقين صلاة العشاء وصلاة الفجر ولو يعلمون ما فيهما لاءتوهما ولو حبوا

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak.  (HR Muslim 2/123)

 ولقد رأيتنا وما يتخلف عنها إلا منافق معلوم النفاق

”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)

Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh. Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah. Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallammemperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga. Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.

Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.Amin....