POSTMODERNISME DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP ILMU PENGETAHUAN DIMENSI TEKNOLOGI DAN BUDAYA
Artikel Ditulis By: Tu'nas Fuaidah
A. Pendahuluan
Sebelum masuk pada postmodernisme alangkah lebih baik
bila kita mengetahui atau setidaknya
mengenal sedikit apa yang menjadi penyebab munculnya gerakan tersebut. Kalimat
postmodernisme sangat berkaitan erat dengan modernisme atau modernisasi. Modernisasi adalah westernisasi,
ungkapan ini memang terlalu simplistik. Lebih dari itu, memang tidak sedikit
interpretasi telah diberikan untuk menjelaskan fenomen perubahan-perubahan
dibidang sosial, ekonomi, kultural, politis dan ideologis yang biasa
diperdengarkan dengan istilah modernisasi. Meskipun demikian, tak dapat
dipungkiri bahwa istilah modernisasi memang tidak dapat dicabut dari konteks
historisnya yang terjadi di Barat. Berawal dari sana, gelombang raksasa ini
menciptakan pola-pola perubahan substantif dan kreatif, hasil sintesis
faktor-faktor eksogen dan endogen masyarakat dibelahan bumi yang lain.
Salah satu diantara pemikiran kaum modernis, yaitu
menganggap bahwa teknologi akan menjadi sumber kebahagiaan manusia dan
menjanjikan dunia yang lebih baik di masa sekarang dan masa mendatang. Namun, pada
kenyataannya hal hal semacam itu tidak berlangsung lama, sampai akhirnya
ditemukan banyaknya dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi
mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping kimiawi
justru merusak lingkungan hidup. Tradisi serba teknologi juga merubah sistem
kebudayaan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa mimpi orang-orang modernis ini tidaklah
berjalan sesuai harapan dan berakhir dengan kehancuran manusia itu sendiri.
Munculnya modernisme dikatakan berakhir dengan lahirnya postmodernisme.
Banyak diantara pemikir barat menganggap bahwa buku sejarah bagi lahirnya
postmodernisme adalah karangan Jean Francois Lyotard yang dikenal sebagai tokoh yang pertama
kali mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat.
Selanjutnya, Mengenai apa itu Postmodernisme. Postmodernisme adalah lawan dari
modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia (Filsuf
Perancis Jean Francois lyotard). Postmodernisme
adalah pengembangan dari modernisme itu sendiri. Postmodernisme adalah aliran
pemikiran dan paradigma baru yang merupakan antitesis dari modernisme yang
dinilai gagal dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Masih banyak definisi-definisi lain
tentang postmodernisme. Namun, substansinya bermuara sama bahwa postmodernisme
mengkritik modernisme yang tidak memberikan implikasi kesejahteraan. Dalam
makalah ini penulis akan lebih menfokuskan pada apa yang dinamakan postmodernisme,
sejarah kemunculan, beberapa hal yang dianggap gagal pada modernitas dalam ilmu
pengetahuan dan budaya, serta beberapa kritik postmodernisme pada masalah
tersebut yang akan di urai pada pembahasan selanjutnya.
B. Pengertian, sejarah dan ciri-ciri postmodernisme
1.
Pengertian dan sejarah
kemunculan postmodernisme
Istilah
postmodern kini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi, istilah ini konon
mulanya muncul dalam
bidang
senirupa dan arsitektur, lalu menjadi istilah populer di dunia sastra budaya
sejak tahun 1950-an. Sedangkan dalam bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial
istilah ini baru populer sekitar tahun 1970 dan 1980-an,
Dalam kontek ini, postmodernisme pertama kali dipopulerkan oleh Jean Francois
Lyotard dalam laporannya untuk Dewan Universitas Quebec, laporan itu dibuat
pada tahun 1979 dengan judul
“La Condition Postmoderne. Rapport sur le
Savoir”, (The Postmodern Condition. A Report an Knowledge. Boleh dikatakan
tidak ada definisi yan pasti mengenai istilah ini, hal ini dikarenakan
banyaknya pertentangan pendapat yang diberlakukan pada label pemaknaanya.
Selain itu juga banyaknya pemakaian istilah ini dalam berbaga
i bidang, sehingga tidak mengherankan jika
dalam pemaknaannya menjadi kabur pula.
Menurut
perkiraan, yang mengakibatkan kekaburan makna istilah postmodern tersebut
adalah akhiran “isme” dan awalan “post” nya. Berkaitan dengan akhiran tersebut,
postmodernisme dibedakan dengan posmodernitas dalam dua hal, yang pertama
menunjuk pada kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi-ideologi
modern. Yang kedua menunjuk pada situasi dan tata sosial produk teknologi informasi, globalisasi fregmentasi gaya hidup,
konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik, usangnya
negara bangsa dan penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi.
Sedangkan jika dikaitkan dengan awalannya, maka postmodernis tidak boleh
dimengerti sebagai suatu permulaan baru. Kata “modern” berasal dari kata latin modus
artinya “cara”. Jadi posmodrnisme adalah cara dimana berisi tentang kemungkinan
yang mengungkapkan perkembangan dan transformasi dalam modernitas itu sendiri.
Sebelum
kita melihat lebih jauh tentang postmodernisme, ada baiknya kita melihat dulu,
hal-hal apa saja yang memicu munculnya gerakan tersebut. Postmodernisme
berkaitan erat dengan “modernisme”. Modernisme
dibidang filsafat adalah merupakan gerakan pemikiran dan gambaran dunia
tertentu yang awalnya diinspirasikan oleh Descrates, dengan dikokohkan oleh
gerakan pencerahan, dan mengabadikan dirinya hingga abad keduapuluh ini melalui
dominasi sains dan kapitalisme.
Munculnya
postmodernisme dalam bidang filsafat bukan karena pengaruh postmodernisme di
Eropa yang berlatar belakang arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi yang
berkisar pada problem sosiologis tentang masyarakat posindustri, dimana dibahas
secara khusus pengaruh teknologi baru dalam masyarakat masa depan.
Berbeda
dengan Bambang, ia menjelaskan secara rinci bahwa ada beberapa situasi dan
keadaan problematik yang telah memicu munculnya gerakan-gerakan postmodernis,
ia menilai bahwa gambaran dunia yang hasil inspirasi Descrates di atas, serta
tatanan sosial yang
dihasilkannya, ternyata telah dianggap melahirkan berbagai konsekuensi buruk
bagi kehidupan manusia dan alam disekitarnya, diantaranya:
a.
Pandangan dualistiknya yang
membagi seluruh kenyataan menjadi subjek dan objek, yang mengakibatkan
objektivisasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam sewenang-wenang,
sehingga menimbulkan krisis ekologi.
b.
Pandangan yang bersifat
objektivistik dan positivistik telah memunculkan kecenderungan untuk menjadikan
manusia sebagai wahana objek juga, dan masyarakat direkayasa bagai mesin.
c.
Menjadikan ilmu
positif-empiris sebagai kebenaran tertinggi, sehingga menghilangkan kewibawaan
nilai moral dan religius.
d.
Materialisme
e.
Militerisme, akibat hilangnya nilai moral dan
religius menyebabkan norma objektifpun cenderung hilang.
f.
Bangkitnya kembali Tribalisme, yaitu mentalitas
yang mengunggulkan suku atau kelompok sendiri.
2.
Ciri-ciri postmodernisme
Dalam
tulisanya, Akbar Ahmed menjelaskan beberapa
ciri utama postmodernisme yang
diantara ciri-ciri tersebut adalah:
a. Adanya usaha memahami
era postmodernis itu memberi arti anggapan pertanyaan, antara lain; mulai tidak
adanya lagi kepercayaan terhadap proyek modernitas, munculnya semangat
pluralisme, skeptisisme terhadap ortodoksi tradisional, penolakan terhadap
pandangan bahwa dunia adalah sebuah totalitas universal, dan relativitas.
b. Postmodernisme
bersama dengan media, telah menjadikan dunia serasa makin sempit, seolah-olah
melenyapkan dimensi ruang dan waktu, selanjutnya menjadikan media adalah
dinamika sentral, yang mendominasi dan berpengaruh terhadap tingkah laku
manusia.
c.
Munculnya radikalisme etnis
dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau alternatif ketika
orang semakin ragu terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang
dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya,
yang terjadi adalah penindasan.
d. Adanya apresiasi
keterikatan rasionalisme dengan masa lalu, dan munculnya kecenderungan untuk
menemukan identitas.
e. Metropolis menjadi
sentral bagi postmodernisme, hal ini dikarenakan sebagian penduduk mendiami
wilayah perkotaan, yang menjadikannya sebagai pusat perkembangan bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, pola ini juga bisa diberlakukan atas dominasi
negara maju pada negara berkembang.
f. Postmodernisme
menjadi pendorong proses demokrasi, hal ini dikarenakan semakin terbukanya
kelas sosial atau kelompok dalam mengemukakan pendapat.
g. Postmodernisme
memberikan peluang, bahkan mendorong penjajaran wacana, perpaduan citra,
pertautan kultur, sehingga sulit menempatkan seseorang pada tempat eksklusif
h. Ide tentang bahasa
sederhana terkadang terlewatkan oleh ahli postmodernis, sehingga banyak
mengandung ketidak jelasan dan paradoks.
C.
Kegagalan modernisme
Pauline marie Rosenau
menjelaskan beberapa hal yang dianggap kegagalan dalam modernism,
1. Modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis
sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya yang dijanjikan dari
perkembangan dalam ilmu sosial
dan ilmu pengetahuan modern.
2.
Kedua, adanya penyalah
gunaan dan kesewenang-wenangan dalam ilmu pengetahuan. Kejelasan itu terlihat
bahwa ilmu pengetahuan melegitimasi pada beberapa kasus kekuasaan, posisi
kebenaran normativ yang lebih mereka pilih dari pada hasil kenyataan
ilmu pengetahuan.
3. Terdapat ketidaksesuaian yang jelas antara teori dan fakta dalam
ilmu pengetahuan
4. Adanya keyakinan yang
tidak mendasar bahwa ilmu pengetahuan modern dapat menyelesaikan segala problem
yang dihadapi manusia pada abad keduapuluh, yang pada kenyataannya hal tersebut
tidak terealisasi, bahkan yang terjadi malah sebaliknya, kerusakan mewarnai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5. ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan
metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik
individu.
D.
Ilmu pengetahuan
dimensi teknologi dan budaya
Perlu diketahui bahwa sebenarnya ilmu mempunyai dimensi yang kompleks, sisi
kompleksitas ini menunjukkan bahwa; pertama ilmu memiliki ruang jelajah
yang sangat luas dan kedua, ilmu merupakan sebuah sistem yang sangat
terbuka. Lebih dari itu, ilmu juga bisa menjadikan sesuatu dari
yang bersifat material, sampai yang immaterial sebagai objek telaahnya.
Istilah ilmu memiliki padanan makna yang merujuk pada serangkaian aktifitas
dan seluruh kegiatan manusia yang bersifat kemanusiaan, mempunyai tujuan dan
berhubungan dengan kesadaran. Aktifitas yang dimaksud adalah seluruh rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh fisikawan maupun sosiolog dalam rangka membangun
dan mengembangkan pengetahuan ilmiah. Hal tersebut didasarkan atas keinginan
hanya untuk sekedar mengerti, menguasai, serta sampai pada memanfaatkan alam,
sehingga memunculkan ilmu-ilmu tentang alam, seperti; fisika, biologi dan
lain-lain. Bahkan sampai pada tujuan untuk memahami dan memanfatkan kekuatan
yang bersifat sosial dan melibatkan manusia secara langsung, sehingga
memunculkan ilmu-ilmu seperti; sosiologi, psikologi dan lain-lain.
Dimensi ilmu jika dilihat dari sudut pandang sosiologi ilmu dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Sudut pandang internal mengacu pada
ilmu akademis sedangkan sudut pandang eksternal mengacu pada ilmu industrial.
Yang membedakan diantara keduanya adalah hubungan mereka dengan masyarakat.
Ilmu akademis lebih mementingkan pada pengembangan ilmiah untuk ilmu sendiri
tanpa adanya keinginan untuk menerapkannya. Sedangkan pengkajian efek
teknologis dari perkembangan ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu murni lebih
ditekankan oleh ilmu industrial, sehingga ia menjadi komponen utama teknologi.
Teknologi yang disebut sebagai pertukangan menurut M. Adib memiliki banyak
definisi tidak hanya terpaku pada satu saja. Salah satunya adalah
pengembangan dan pemanfaatan, serta penerapan dari alat, mesin, material dan
proses yang menolong manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Asal kata
teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat-alat yang menggunakan prinsip
dan proses penemuan saintifik yang
baru ditemukan. Definisi lainnya (digunakan dalam bidang ekonomi) hal ini
dilihat dari tingkat pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana
menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang di inginkan, selain itu
juga, teknologi bisa diartikan sebagai penerapan sistematis dari
pengetahuan-pengetahuan ilmiah untuk memudahkan kehidupan manusia.
Selain itu juga bila kita hubung-hubungkan, ilmu merupakan pengetahuan dan
pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Sehingga ilmu pengetahuan
merupakan unsur dari kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang
saling bergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu
pengetahuan dalam suatu masyarkat tergantung dari kondisi kebudayaannya,
sedangkan dipihak lain pengembangan ilmu pengatahuan mempengaruhi jalannya
kebudayaan.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan suatu bangsa, ilmu pengetahuan
mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu pengetahuan merupakan sumber
nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan suatu bangsa, dan
kedua ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan
watak suatu bangsa.
Hakikat ilmu pengatahuan sendiri adalah
bersifat universal, namun peranannya dalam kehiduapan tidaklah terlepas dari matriks kebudayaan secara keseluruhan.
Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi unsur otonomi dalam
menciptakan paradigma mereka
sendiri. Suatu paradigma agar dapat
berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat, kondisi rasional dan kondisi
psikososial kelompok.
E. Postmodernisme dan kritik-kritiknya
Di bawah ini terdapat
kritik-kritik secara umum yang telah diajukan oleh kelompok postmodernis, yang
isinya adalah:
1.
Ide mengenai subjektivitas
yang dipegang teguh selama ini, dianggap menyembunyikan kekuasaan. Foucault
misalnya, ia menyingkapkan bagaimana ilmu-ilmu kemanusiaan dan proyek-proyek
kemanusiaan, seperti sistem kesehatan, pendidikan, penjara, kesejahteraan
sosial, tak kurang daripada teknik-teknik dominasi suatu subjektivitas (entah
itu dokter, ilmuwan, guru, politikus, atau manusia).
2.
Ide kritik dan refleksipun
dicurigai sebagai usaha totaliter kearah ideologi tertentu. Adorno dan
Horkheimer misalnya, mereka pada akhirnya mencurigai kritik sebagai semacam
metamorfosis dari mitos.
3. Mempersoalkan konsep
sejarah yang berjalan linear. Cerita Agung mengenai umat manusia (bangsa
tertentu) yang kontinu dan mencapai kemajuan kearah tujuan tertentu dengan
mengutamakan masa kini adalah suatu fiksi yang memaksa manusia untuk meyakini
adanya subjek historis (misalnya bangsa Indonesia) yang mengontrol makna
penghayatan individu kedalam sesuatu yang homogen.
4.
Hegel menyebutkan bahwa,
segala sesuatu yang real adalah rasional dan segala yang rasional adalah real,
namun, ketika hal tersebut dihadapkan pada kejahatan nasional-sosialistis yang
tentu sangat real itu
ternyata irrasional. Sehingga proyek modernis yang mengambil kesatuan sebagai
idelanya telah diganti oleh keadaan yang terpecah-pecah.
Menurut Liyotard, sebenarnya yang menjadi kritik utama posmodern adalah
narasi besar (grand metanarratives) yang dianggap sebagai penyebab
banyaknya kerusakan dan menimbulkan bahaya yang besar. Isi pokoknya terdiri tiga hal, yaitu dialektika,
epistemologi objektivistik, dan hermeneutika. Dimana dialektika mengklaim
sebuah sejarah yang universal dengan hukum yang sama disemua lokal. Kemudian
epistemologi menggariskan asumsi-asumsi ontologis, metodologis dan aksiologis
yang harus diterima sebagai satu-satunya syarat kepastian pengetahuan.
Sedangkan hermeneutika mengaku mampu menggapai maksud sang pengarang, artinya semua aktivitas
hermeneutis harus setia pada teks.
Metanarasi bekerja dengan dua modus,
yaitu spekulasi dan emansipasi. Spekulasi menggariskan bahwa pengetahuan harus
dihasilkan demi pengetahuan itu sendiri, sehingga kepentingan dan ideologi epistemik harus dibersihkan. Emansipasi menuntut bahwa
pengetahuan haruslah membebaskan manusia dari belenggu irrasionalitas. Sains,
misalnya meligitimasi dirinya dengan merujuk pada narasi spekulatif. Namun, hedeigger
menentang bahwa pengetahuan objektif adalah sesuatu yang fiksi, bagaimana
mencapai objektivitas jika subjek selalu belumur dengan sejarah. Dan
universalitas pun tidak bisa dipertahankan.
Kemudian Liyotard juga melanjutkan kritik tersebut, dimana ia juga
menganggap bahwa ilmu pengetahuan telah kehilangan narasi besarnya, yaitu
argumen rasionalitasnya, sehingga diragukan kepastian kebenarannya. Dalam
masyarakat maju, yaitu masyarakat yang berbudaya teknologi atau yang serba
komputer dalam hidupnya, ilmu pengetahuan tidak lagi mendapat kredibilitas pada
kebenarannya, sebab ilmu pengetahuan tidak lagi dilakukan demi ilmu pengetahuan
itu sendiri. Ilmu pengetahuan menghamba pada orientasi keuntungan industri-industri
raksasa. Sebuah gejala teknosains, sehingga pengetahuan tidak lepas dari
jaring-jaring perdagangan dan kekuasaan yang ada dalam masyarakat itu.
Postmodernisme menganggap
kebenaran yang ada pada ilmu pengetahuan sebagai kebenaran yang relatif, dan bukan
merupakan kebenaran yang absolute. Hal ini didasarkan pada etika relativisme
yang mengklaim bahwa tindakan
yang secara moral benar bervariasi
dari budaya ke budaya dan tidak ada yang namanya kebenaran
obyektif dalam moralitas. Etika relativisme dilihat oleh para pendukungnya
sebagai sikap yang berpikiran terbuka dan toleransi multi-budaya dan pemahaman
tentang perbedaan-perbedaan etnis. Liyotard mengungkapkan, tiap bentuk narasi harus ditolak, karena
tidak ada kebenaran tunggal yang universal. Prinsip pengetahuan pada postmodernisme
tidak lagi dilegitimasi pada kesatuan (homology) tetapi pada parologi. Dan ia
menjadikan bahasa menjadi perantara bagi setiap pengetahuan, yang ia sebut
dengan language games. Dari
sinilah kebenaran selalu terkait pada penilaian orang melalui bahasa yang
digunakan, yang membuka perspektif kesadaran dan menerima realitas plural.
Bila diteliti lebih lanjut, hilangnya kedalaman dan hilangnya horizon waktu
adalah ciri pemikiran posmodern. Dengan kata lain, mereka menerima baik
“pluralitas” (fakta kemajemukan) maupun “pluralisme” (kemajemukan pikiran).
Teori pluralisme tersebut banyak mendapat inspirasi dari hermenuetik dan
linguistik. Liyotard
misalnya, meneliti bahwa ikatan sosial zaman (posmodern) kita terjalin atas language
games yang tak terbilang jumlahnya. Dari konsep dekonstrusi Derrida,
ditarik implikasi kultural bahwa kebudayaan tak kurang dari jalinan teks-teks
yang bisa ditafsirkan sampai tak terhingga. Dunia posmodern adalah monotase dan
kolase dari macam-macam unsur waktu (dulu, kini, nanti), macam-macam unsur
tempat (sini dan sana), dan aneka unsur pengetahuan (fiksi, fakta, imaji,
fantasi, riset). Secara singkatnya dunia adi majemuk.
Daftar
Pustaka
Rosenau, Pauline Marie, Post-modernism and The Social Sciences:
Insights, Inroads, and
Intrusions, Princeton: Princeton University Press. 1992.