TRIANGULASI
by: Tu'nas Fuaidah
by: Tu'nas Fuaidah
A.
Pendahuluan
Salah
satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian adalah masalah triangulasi. Hal tersebut didasarkan
karena banyak yang masih belum memahami makna dan tujuan tiangulasi
dalam penelitian. Karena kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul persoalan
tidak saja antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga
antar dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini
tidak akan terjadi jika masing-masing memiliki pemahaman yang cukup mengenai
triangulasi.
Istilah triangulasi dalam kegiatan penelitian secara umum
banyak dipahami oleh sebagian kalangan hanya dapat di jumpai dalam penelitian
kualitatif sebagai salah satu teknik validasi sebuah penelitian. Akan tetapi,
pemahamannya tidak sesederhana yang dipahami oleh sebagian kalangan tersebut.
Triangulasi akan sangat tepat penggunaannya dalam sebuah penelitian apabila
kita paham konsep dari triangulasi itu sendiri, dan batasan-batasannya jika
akan di implementasikan dalam sebuah penelitian.
Selain itu, istilah triangulasi juga tidak hanya dipahami
sebagai salah satu teknik analisis data dan teknik validasi data kualitatif,
akan tetapi triangulasi dapat juga dipahami sebagai suatu teknik penelitian
perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode
yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati
dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang
berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Agar
kita bisa memahami apa itu triangulasi di bawah ini pemakalah akan menyajikan
penjelasan apa itu triangulasi.
B.
Pengertian Triangulasi
Triangulasi
adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan
dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode
dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu. Keandalan dan kesahihan data
dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode
tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau metode lain. Kepopuleran
penggabungan metode ini telah tumbuh selama 40 sampai 50 tahun yang lalu, yaitu
pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Metode tringulasi tersebut mulai
dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan
pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara
membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang berbeda.
Ide
tentang triangulasi bersumber dari ide tentang multiple operationism
yang mengesankan bahwa kesahihan temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan
dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data.
Seperti
halnya dengan penelitian-penelitian yang lain, pencampuran metode penelitian
ini tidak tanpa kontroversi, di sana terdapat banyak keprihatinan yang terlihat
tentang waktu dan kepentingan kebutuhan untuk mengkombinasikan penelitian
kualitatif dan kuantitatif dalam satu penyelidikan. Selain itu juga pada
kalangan penelitian kualitatif, karena menggunakan terminologi dan cara yang
mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan
validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli
penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode
penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk
mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi juga akan menghasilkan data yang
berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan
perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian
kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas
penelitian.
Konsep
ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data,
peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti
atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal
sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang
digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian.
Metode
penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu,
pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena
adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus
yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Hal ini
didasarkan karena, masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan
tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan
menanggapi suatu permasalahan. Suatu masalah jika dilihat dengan menggunakan
suatu metode akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode yang lain.
Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda
tersebut digunakan secara bersama-sama dalam menanggapi suatu permasalahan
sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna.
Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif
dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih
utuh dari objek penelitian.
Asumsi
kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level
pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis data membutuhkan sebuah
prosedur untuk menguji hasil analisis data.
Dalam
penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada
metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada
kedua metode. Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode
kuantitatif dapat digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan
peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila
peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian
(kuantitatif-kualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus
dilakukan yakni :
1.
Dapat digunakan bersama untuk
meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif
digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan
untuk menguji hiptesis.
2.
Digunakan secara bergantian. Pada
tahap pertama menggunakan metode kualitaif, sehingga ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
3.
Metode penelitian tidak dapat di
gabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif
dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya),
sepertinya penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama menggunakan kuesioner,
data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya, untuk memperkuat dan
mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan
observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket
tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti.
4.
Memahami masing-masing metode dan
pentingnya metode tersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan;
5.
Memahami permasalahan dan tujuan
penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode
kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang
ingin dicapai;
6.
Kedua metode yang digunakan juga
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua
metode dapat digunakan dalam desain secara bersama-sama namun pada laporan
penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja;
7.
Kedua metode juga digunakan
berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu
kegiatan penelitian secara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan
tujuan penelitian.
C.
Tujuan dalam menggunakan
metode triangulasi
Tujuan menggunakan metode triangulasi, pertama adalah
menggabungkan dua metode dalam satu penelitian untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu
penelitian. Triangulasi lebih banyak menggunakan metode alam level mikro,
seperti bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis
data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai
alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Asumsinya abahwa informasi
yang diperoleh peneliti melaui pengamatan akan lebih akurat apabila juga
digunakan interview atau menggunakan bahan dokumentasi untuk mengoreksi
keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan kedua metode tersebut.
Kedua, tujuannya ialah membandingkan informasi tentang
hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang
tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subyektif.
Teknik ini adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai
kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain bahwa pihak
peneliti dapat melakukan ‘check and rechek’ temuan-temuannya
dengan cara membandingkan,
Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode
triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah
hasil yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan
waktu, tenaga dan dana yang dihabiskan dalam penelitian, apakah akan
menghasilkan atau memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini di dasarkan adanya
kekuatan dan kelemahan pada strategi pengumpulan data secara tunggal, sehingga
dengan menggunakan dua pendekatan metode ini diharapkan bisa mendapatkan
akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan.[1] Hal
ini di dasarkan atas pernyataan Denzin yang dikutip oleh Patton, ia menyebutkan
logika triagulasi ini berdasar bahwa: “ tidak ada metode tunggal yang secara
keseluruhan bisa mencukupi dan memecahkan masalah, karena setiap metode
menyatakanaspek yang berbeda atasrealita empiris, metode ganda atas pengamatan
haruslah dipakai. Hal inilah yang disebut dengan triangulasi. Saya sekarang
menawarkan sebagai aturan prinsip metodologis final bahwa metode ganda haruslah
digunakan pada setiap penyelidikan”.
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan
hasil yang diinginkan. Proses triangulasi tersebut dilakukan terus menerus
sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat
peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada
lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
D. Teknik pengecekan ke absahan data.
Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan
teknik triangulasi, S. Nasution mengungkapkan bahwa data atau informasi dari satu pihak
harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain,
misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang
berbeda-beda.
Sedangkan menurut Lexy Moleong, triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tidak
ada perbedaan yang mencolok dalam mendefenisikan triangulasi sebagai teknik
pengecekan keabsahan data. Oleh karena itu, Triangulasi sebagai salah satu
tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk
mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan
satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman
pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian
lain.
Denzin yang di kutip oleh Patton telah menyebutkan empat tipe
dasar triangulasi: (1) triangulasi data, adalah penggunaan beragam sumber data
dalam suatu kajian; (2) triangulasi investigator, adalah penggunaan beberapa
evaluator atau ilmuwan social yang berbeda; (3) triangulasi teori, adalah
penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; (4)
triangulasi metodologis, penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau
program tunggal, seperti wawancara, pengamatan dan dokumen.
Dari empat teknik dasar triangulasi di atas dan tidak jauh
berbeda, beberapa tokoh mengembangkan penjelasannya, diantaranya adalah Lexy
Moleong, dia menjelaskan bahwa teknik tersebut adalah:
1. Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan
pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda melalui:
a)
Perbandingan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara.
b)
Perbandingan apa yang dikatakan
seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi.
c)
Perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d)
Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang berpendapat
sebagai rakyat biasa, dengan yang
berpendidikan dan pejabat pemerintah.
e)
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau
alasan-alasan terjadinya perbedaan.
Selanjtnya, Burhan Bungin
menambahkan bahwa triangulasi sumber data juga memeberi kesempatan untuk
dilakukannya hal-hal sebagai berikut: (1) penilaian hasil penelitian dilakukan
oleh responden, (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (3) menyediakan
tambahan informasi secara sukarela, (4) memasukkan informan dalam kancah
penelitian, menciptakan kesempatan untuk megikhtisarkan sebagai langkah awal
analisis data, (5) menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
2.
Teknik triangulasi penyidik, dengan memanfaatkan
penelitian atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Cara lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan
yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi pelencengan dalam
pengumpulan suatu data hasil penelitian.
3.
Teknik triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau
lebih, dan dapat dilaksanakan dengan penjelasan banding (rival explanation).
4.
Teknik triangulasi dengan metode, yaitu terdapat dua
strategi, yaitu:
a) Pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik
pengumpulan data,
b) Pengecekan
derajat kepercayaan beberapa data dengan sumber yang sama.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa triangulasi ini
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif.
Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara
pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam
fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih
mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti juga
diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat
atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki.
Selanjutnya, penulis ingin menyatakan bahwa triangulasi bisa dianggap penting
dalam penelitian, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi
harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti
baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu
muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding)
atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh
setiap peneliti.
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting
lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan.
Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan
kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah
pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan
pengamatan dilapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.
E. Kesimpulan
1. Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin
dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada
penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.
2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan
adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, tehnik
triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan
menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode
penelitian kuantitatif. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik
triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data.
3. Tujuan menggunakan metode triangulasi, adalah untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja
dalam suatu penelitian. Kelebihannya adalah bisa mendapatkan akurasi data dan
kebenaran hasil yang di inginkan, dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena
itu muncul. Kekuranganya, adalah perlu adanya tambahan waktu, biaya serta tnaga
yang dibutuhkan dalam pelaksanaanya.
4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi secara
sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu
penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu
metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja
tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain.
5. empat tipe dasar triangulasi, antara lain: (1) triangulasi data;
(2) triangulasi investigator; (3) triangulasi teori; (4) triangulasi
metodologis.
Daftar Pustaka
Ary, Donald, Lucy Cheser
Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education,
Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010.
Bodgan, Robert C. dan Sari
Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to
Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006.
Bungin, Burhan, Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,
Jakarta: Kencana. 2010.
Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Patton, Michael Quinn Metode
Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 1991.
Raharjo, Mudjia, Triangulasi
dalam Penelitian Kualitatif, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian
Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html (Jum’at ,
15 Oktober 2010).
Ruslan, Rosady Metode
Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.
S. Nasution, Metode
Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009.