Monday, November 29, 2010

Ilmu Tasawuf : Tasawuf dan Kehidupan Kerohanian Nabi Muhammad


-->
TASAWUF DAN KEHIDUPAN KEROHANIAN
 NABI MUHAMMAD SAW

OLEH:
Tu'nas Fuaidah


Pendahuluan

Selama ini banyak sekali anggapan yang mengatakan bahwa ilmu tasawuf itu tidak berasal dari Islam, padahal ilmu tasawuf adalah pusaka keagamaan dalam Islam.
Dalam pada itu, kita sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri ber-Tuhan, tetapi naluri itu akan segera hilang apabila tidak selalu dipupuk dan dipelihara, terlebih-lebih akhir-akhir ini dunia telah dilanda dekadensi moral terutama generasi muda. Mereka lalai dalam melakukan syari’at Islam.
Terlepas dari hal itu maka tasawuf sangat perlu dipelajari, karena hal itu dapat dilihat dari konteks Jibril dengan Nabi yang menyimpulkan atas tiga segi ajaran pokok, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Yang dimana untuk mengetahui keimanan maka dipelajari ilmu ushuluddin, untuk mengetahui Islam maka dipelajari ilmu fiqih, sedangkan untuk mengetahui ihsan adalah dengan tasawuf. Karena tasawuf juga merupakan pemupuk iman, penyubur amal shaleh,. Pengontrol jiwa untuk mengingat dan bertakwa kepada Allah.

Pembahasan
  1. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu:
1.      al-Shuffah (ahl al-shuffah)
Kata ahl al-shuffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah. Mereka ini rela meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya di Makkah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah.
2.      saf (barisan)
Kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.
3.      Sufi (suci)
Kata sufi menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
4.      Suf (kain wol)
Kata suf menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.
5.      Shopos (bahasa Yunani: hikmah)
Menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini, segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu:
1.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.      Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan
Jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Jika definisi tasawuf tersebut diatas satu dan lainnya dihubungkan, maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

  1. Sumber Ajaran Tasawuf
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar Islam yang masuk kedalam Islam. Sebagian penulis misalnya ada yang berpendapat bahwa tasawuf dalam Islam banyak dipengaruhi oleh kristen diantara buktinya, Gold Zihen mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama nasrani, selanjutnya Nol Dicker mengatakan bahwa pakaian wol yang kasar yang telah digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh pendeta.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa tasawuf timbul karena pengaruh ajaran Hindu dan Budha, yakni antara tasawuf dan sistem kepercayaan ajaran Hindu Budha dapat dilihat dari adanya hubungan seperti sikap fakir. Al Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu, kemudian pula paham reikarnasi (perpindahan roh dari satu badan kebadan yang lain). Cara pelepasan dari dunia versi Hindu atau Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Terlepas dan ada atau tidaknya pengaruh dari luar ajaran Islam yang jelas dalam Islam sendiri banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang membawa kepada timbulnya tasawuf dan mendekatkan diri kepada Allah, ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan dekat dengan manusia, seperti dapat di lihat dalam surat al-Baqarah ayat :186.
Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiyah, dan kehidupan yang bersifat bathiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat bathiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sember ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah)(al-Maidah: 54); perintah agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah (at-Tahrim:8), petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada. Sebagaimana dalam al-Baqarah: 115, yang berbunyi:
ولله المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله ط إن الله واسع عليم
Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui).
 Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya (an-Nur: 35), selanjutnya al-Qur’an mengingatkan menusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan duniawi dan kemewahan harta benda yang menggiurkan sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al-Fatir ayat 5:
يأ يهاالناس إن وعد الله حق ج فلا تغرنكم الحيوة الدنيا ط ولا يغرنكم بالغرور
“hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, mak sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu.”
Dalam pemahaman kalangan sufi, ayat diatas menjadi salah satu dasar untuk menjauhi kehidupan dunia yang penuh dengan tipuan.
Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an di atas, al-Sunnahpun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini terdapat beberapa teks hadits yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf.
كنت كنزا مخفيا فأحبيت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى
“aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku.”
hadits berikutnya menyatakan:
“senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnat sehingga Aku mencintainya. Maka apabila mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang di a pakai untuk berusaha; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”
            Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan bisa bersatu. Diri manusia bisa lebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’, yaitu fana-nya makhluk sebagai yang mencintai kepada diri Tuhan sebagai yang dicintai.
            Selanjutnya di dalam kehidupan Nabi Muhammad juga terdapat petunjuk yang menggambarkan sebagai seorang sufi. Dan dikalangan sahabatpun adapula orang yang mengikuti praktek bertasawuf sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.

  1. Tujuan Tasawuf
Sebenarnya tujuan tasawuf adalah untuk berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah SWT dengan jalan mensucikan jiwanya yaitu dengan jalan melepaskan jiwanya dari jasadnya yang hanya menyadarkan pada kehidupan kebendaan, disamping itu juga melepaskan dari noda-noda dan sifat-sifat tercela.

  1. Tahannus Nabi dan Kehidupan Kerohanian Para Sahabatnya
1.      Tahannus Nabi
Di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi.
Sebelum Nabi diangkat sebagai utusan Allah (Rasulullah), bertahun-tahun beliau telah melakukan pengasingan diri ke gua Hiro’ dan memutuskan hubungannya sementara waktu dengan masyarakat sekitarnya, dia menjauhi pola hidup kebendaan seperti dalam praktek perdagangan yang menggunakan segala cara yang menghalalkan, untuk mencari kebersihan rohani menjelang datangnya wahyu.
Dalam tahannusnya di gua Hiro’ yang beliau kerjakan hanyalah senantiasa bertafakkur, berdzikir, beribadah kepada Allah dan hidup sederhana semata-mata hanya mengingat kepada Allah dengan ikhlas.
Selama bertahannus selama beberapa tahun akhirnya malaikat Jibril datang menyuruh membaca tetapi beliau belum bisa membaca, kemudian Jibril memeluknya hingga mengeluarkan keringat hingga pingsan dan akhirnya diajarkanlah kalimat tersebut. Saat ini dinamai dengan “Yaumul Furqan” artinya hari pemisahan. Maksudnya yaitu hari pemisahan antara kegelapan jahiliah dengan cahaya keIslaman. Kehidupan Muhammad dan riwayat perjuangannya selama 23 tahun adalah sumber hayat yang amat kaya bagi seluruh pengikutnya.
2.      Kehidupan Kerohanian Sahabat-sahabat Nabi
Kehidupan para sahabat Nabi yang utama itupun sebenarnya mengikuti contoh-contoh yang ditinggalkan Nabi. Hidup mereka sangat sederhana, wara’, tawadhu’ dan zuhud. Itu semua menunjukkan bahwasanya perhatian mereka semata-mata ditujukan kepada Allah SWT. Banyak sahabat-sahabat yang mengikuti jejak kehidupan Nabi, diantaranya :
a.       Abu Bakar
Abu Bakar hidup sangatlah sederhana ia hanya hidup dengan sehelai kain. Menurut pandangan hidup beliau adalah sifat dermawan itu sebagai buah dari taqwa,martabat adalah buah dari tawadhu’ dan kekayaan adalah buah dari keyakinan, beliau juga adalah orang yang sangat dermawan beliau menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan agama.
b.      Umar bin Khattabpun mempunyai jiwa bersih dan kesucian rohani yang begitu tinggi sehingga pangkat khalifah dengan dengan kekuasaan yang paling tinggi tidak mengurangi nilai kehidupan rohaninya. Yang menjadi dasar pandangan hidup beliau ialah sabar dan ridho, beliau mengatakan bahwa seluruh kebajikan dalam hidup yang jadi pokoknya adalah ridho, kalau engkau sanggup hendaklah engkau ridho dan kalau engkau tidak sanggup hendaklah engkau sabar. Beliaupun termasuk orang yang tinggi kasih sayang terhadap sesama manusia.
c.       Usman bin Affan
Usman bin Affan khalifah yang ketiga ini meskipun telah diberikan oleh Allah kelapangan rizqi, tetapi beliau masih ingin melaksanakan kerohanian dalam kesehariannya. Beliau adalah seseorang yang tidak pernah melepaskan al-Qur’an dari tangannya, ketika telah lepas dari menjalankan pemerintahan, beliau langsung menelaah al-Qur’an, kadang-kadang sampai tengah malam. Dan beliau terus menerus melakukan hal tersebut sehingga meninggalnyapun dibunuh oleh pemberontak ketika membaca al-Qur’an. Harta kekayaannya pun selalu dijadikan sarana untuk menolong orang-orang muslim.
d.      Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib sangat subur dalam hidup kerohanian pada dirinya. Pekerjaan dan cita-cita yang besar menyebabkan dia tidak perduli bahwa pakaian yang dipakainya robek-robek. Beliau mengatakan bahwa ia senang melakukan hal itu sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia.

BAB III
Kesimpulan


Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata yang menjelaskan tentang kata tasawuf, tapi dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa tasawuf menurut bahasa adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana dan rela berkorban untuk kebaikan.
Demikian juga menurut istilah sehingga tasawuf dapat diartikan upaya meltih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia.
Diantara sumber-sumber ajaran tasawuf adalah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.
Tujuan tasawuf yaitu untuk berada sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan mensucikan jiwa.
Nabi adalah seorang yang hidupnya selalu bertafakkur dan berdzikir kepada Allah. Dan kehidupan rohani para sahabat Nabi sangatlah mulia, mereka adalah orang yang zuhud, sabar dan selalu memberikan apa yang mereka miliki untuk kepentingan agama Allah.
Beberapa sahabat Nabi yang mengikuti jejak beliau diantaranya adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.

Daftar Pustaka

Hamka. 1995. Tasawuf dan Perkembangannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas

Nata, Abudin. 2002. Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Nasution, Harun. 1983. Falsafah dan Mistisisme, Jakarta: Bulan Bintang

Rosihon Anwar dan Mukhtar Sholihin. 2004. Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia

Zahri, Mustafa. 1995. Kunci memahami Ilmu Tasawuf , Surabaya: PT. Bina Ilmu


No comments:

Post a Comment

trimakasih atas kunjungan dan komentar anda!!!