-->
TASAWUF DAN KEHIDUPAN KEROHANIAN
NABI MUHAMMAD
SAW
OLEH:
Tu'nas Fuaidah
Pendahuluan
Selama ini banyak sekali anggapan yang mengatakan bahwa ilmu tasawuf itu
tidak berasal dari Islam, padahal ilmu tasawuf adalah pusaka keagamaan dalam
Islam.
Dalam pada itu, kita sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri ber-Tuhan,
tetapi naluri itu akan segera hilang apabila tidak selalu dipupuk dan
dipelihara, terlebih-lebih akhir-akhir ini dunia telah dilanda dekadensi moral
terutama generasi muda. Mereka lalai dalam melakukan syari’at Islam.
Terlepas dari hal itu maka tasawuf sangat perlu dipelajari, karena hal
itu dapat dilihat dari konteks Jibril dengan Nabi yang menyimpulkan atas tiga
segi ajaran pokok, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Yang dimana untuk mengetahui keimanan
maka dipelajari ilmu ushuluddin, untuk mengetahui Islam maka dipelajari ilmu
fiqih, sedangkan untuk mengetahui ihsan adalah dengan tasawuf. Karena tasawuf
juga merupakan pemupuk iman, penyubur amal shaleh,. Pengontrol jiwa untuk mengingat
dan bertakwa kepada Allah.
Pembahasan
- Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah
yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun
Nasution, misalnya menyebutkan lima
istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu:
1. al-Shuffah (ahl al-shuffah)
Kata ahl al-shuffah (orang yang ikut pindah dengan
Nabi dari Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela
mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah.
Mereka ini rela meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan dan harta
benda lainnya di Makkah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah.
2. saf (barisan)
Kata saf juga menggambarkan orang yang selalu
berada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal
kebajikan.
3. Sufi (suci)
Kata sufi menggambarkan orang yang selalu
memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
4. Suf (kain wol)
Kata suf menggambarkan orang yang hidup sederhana
dan tidak mementingkan dunia.
5. Shopos (bahasa Yunani: hikmah)
Menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini, segera
dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian
diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu
bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak
yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau
pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya
masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu:
1. Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,
maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara
menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada
Allah SWT.
2. Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang
harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
3. Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan
Jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan,
maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang
dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan
manusia dengan Tuhan.
Jika definisi tasawuf tersebut diatas satu dan lainnya
dihubungkan, maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih
jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh
kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah
SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan
pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
- Sumber Ajaran Tasawuf
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal
dari luar Islam yang masuk kedalam Islam. Sebagian penulis misalnya ada yang
berpendapat bahwa tasawuf dalam Islam banyak dipengaruhi oleh kristen diantara
buktinya, Gold Zihen mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan
cabang dari agama nasrani, selanjutnya Nol Dicker mengatakan bahwa pakaian wol
yang kasar yang telah digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup
adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh pendeta.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa tasawuf timbul karena
pengaruh ajaran Hindu dan Budha, yakni antara tasawuf dan sistem kepercayaan
ajaran Hindu Budha dapat dilihat dari adanya hubungan seperti sikap fakir. Al
Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan
Hindu, kemudian pula paham reikarnasi (perpindahan roh dari satu badan kebadan
yang lain). Cara pelepasan dari dunia
versi Hindu atau Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Terlepas
dan ada atau tidaknya pengaruh dari luar ajaran Islam yang jelas dalam Islam
sendiri banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang membawa kepada timbulnya tasawuf
dan mendekatkan diri kepada Allah, ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan dekat
dengan manusia, seperti dapat di lihat dalam surat al-Baqarah ayat :186.
Secara umum
ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiyah, dan kehidupan
yang bersifat bathiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat bathiniah
itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian
yang cukup besar dari sember ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek
kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan
manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah)(al-Maidah: 54); perintah
agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan kepada
Allah (at-Tahrim:8), petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan
Tuhan dimanapun mereka berada. Sebagaimana dalam al-Baqarah: 115, yang
berbunyi:
ولله المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله ط إن الله واسع
عليم
“Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka
kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas
(rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui).
Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang
yang dikehendakinya (an-Nur: 35), selanjutnya al-Qur’an mengingatkan menusia agar
dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan duniawi dan kemewahan harta
benda yang menggiurkan sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al-Fatir ayat 5:
يأ يهاالناس إن وعد الله حق ج فلا تغرنكم الحيوة الدنيا ط
ولا يغرنكم بالغرور
“hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, mak sekali-kali
janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan
yang pandai menipu.”
Dalam pemahaman kalangan sufi, ayat diatas
menjadi salah satu dasar untuk menjauhi kehidupan dunia yang penuh dengan
tipuan.
Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an di
atas, al-Sunnahpun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini
terdapat beberapa teks hadits yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf.
كنت كنزا مخفيا فأحبيت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى
“aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk
agar mereka mengenal-Ku.”
hadits berikutnya menyatakan:
“senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunnat sehingga Aku mencintainya. Maka apabila mencintainya maka
jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia
pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya
yang di a pakai untuk berusaha; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat,
berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”
Hadits tersebut memberi
petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan bisa bersatu. Diri manusia bisa lebur
dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’, yaitu
fana-nya makhluk sebagai yang mencintai kepada diri Tuhan sebagai yang
dicintai.
Selanjutnya di dalam
kehidupan Nabi Muhammad juga terdapat petunjuk yang menggambarkan sebagai
seorang sufi. Dan dikalangan sahabatpun adapula orang yang mengikuti praktek
bertasawuf sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.
- Tujuan Tasawuf
Sebenarnya tujuan tasawuf adalah untuk berada dekat
atau sedekat mungkin dengan Allah SWT dengan jalan mensucikan jiwanya yaitu
dengan jalan melepaskan jiwanya dari jasadnya yang hanya menyadarkan pada
kehidupan kebendaan, disamping itu juga melepaskan dari noda-noda dan
sifat-sifat tercela.
- Tahannus Nabi dan Kehidupan Kerohanian Para
Sahabatnya
1. Tahannus Nabi
Di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat
petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi.
Sebelum Nabi diangkat sebagai utusan Allah
(Rasulullah), bertahun-tahun beliau telah melakukan pengasingan diri ke gua
Hiro’ dan memutuskan hubungannya sementara waktu dengan masyarakat sekitarnya,
dia menjauhi pola hidup kebendaan seperti dalam praktek perdagangan yang
menggunakan segala cara yang menghalalkan, untuk mencari kebersihan rohani
menjelang datangnya wahyu.
Dalam tahannusnya di gua Hiro’ yang beliau kerjakan
hanyalah senantiasa bertafakkur, berdzikir, beribadah kepada Allah dan hidup
sederhana semata-mata hanya mengingat kepada Allah dengan ikhlas.
Selama bertahannus selama beberapa tahun akhirnya
malaikat Jibril datang menyuruh membaca tetapi beliau belum bisa membaca, kemudian
Jibril memeluknya hingga mengeluarkan keringat hingga pingsan dan akhirnya
diajarkanlah kalimat tersebut. Saat ini dinamai dengan “Yaumul Furqan” artinya
hari pemisahan. Maksudnya yaitu hari pemisahan antara kegelapan jahiliah dengan
cahaya keIslaman. Kehidupan Muhammad dan riwayat perjuangannya selama 23 tahun
adalah sumber hayat yang amat kaya bagi seluruh pengikutnya.
2. Kehidupan Kerohanian Sahabat-sahabat Nabi
Kehidupan para sahabat Nabi yang utama itupun sebenarnya
mengikuti contoh-contoh yang ditinggalkan Nabi. Hidup mereka sangat sederhana,
wara’, tawadhu’ dan zuhud. Itu semua menunjukkan bahwasanya perhatian mereka semata-mata
ditujukan kepada Allah SWT. Banyak sahabat-sahabat yang mengikuti jejak kehidupan
Nabi, diantaranya :
a. Abu Bakar
Abu Bakar hidup sangatlah sederhana ia hanya hidup dengan sehelai kain.
Menurut pandangan hidup beliau adalah sifat dermawan itu sebagai buah dari
taqwa,martabat adalah buah dari tawadhu’ dan kekayaan adalah buah dari
keyakinan, beliau juga adalah orang yang sangat dermawan beliau menyumbangkan
seluruh hartanya untuk kepentingan agama.
b. Umar bin Khattabpun mempunyai jiwa bersih dan kesucian rohani
yang begitu tinggi sehingga pangkat khalifah dengan dengan kekuasaan yang
paling tinggi tidak mengurangi nilai kehidupan rohaninya. Yang menjadi dasar
pandangan hidup beliau ialah sabar dan ridho, beliau mengatakan bahwa seluruh
kebajikan dalam hidup yang jadi pokoknya adalah ridho, kalau engkau sanggup
hendaklah engkau ridho dan kalau engkau tidak sanggup hendaklah engkau sabar.
Beliaupun termasuk orang yang tinggi kasih sayang terhadap sesama manusia.
c. Usman bin Affan
Usman bin Affan khalifah yang ketiga ini meskipun telah diberikan oleh
Allah kelapangan rizqi, tetapi beliau masih ingin melaksanakan kerohanian dalam
kesehariannya. Beliau adalah seseorang yang tidak pernah melepaskan al-Qur’an
dari tangannya, ketika telah lepas dari menjalankan pemerintahan, beliau
langsung menelaah al-Qur’an, kadang-kadang sampai tengah malam. Dan beliau
terus menerus melakukan hal tersebut sehingga meninggalnyapun dibunuh oleh
pemberontak ketika membaca al-Qur’an. Harta kekayaannya pun selalu dijadikan
sarana untuk menolong orang-orang muslim.
d. Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib sangat subur dalam hidup kerohanian pada dirinya.
Pekerjaan dan cita-cita yang besar menyebabkan dia tidak perduli bahwa pakaian
yang dipakainya robek-robek. Beliau mengatakan bahwa ia senang melakukan hal
itu sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia.
BAB III
Kesimpulan
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata yang menjelaskan tentang kata
tasawuf, tapi dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
tasawuf menurut bahasa adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian
diri, beribadah, hidup sederhana dan rela berkorban untuk kebaikan.
Demikian juga menurut istilah sehingga tasawuf dapat diartikan upaya
meltih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari
pengaruh kehidupan dunia.
Diantara sumber-sumber ajaran tasawuf adalah bersumber dari al-Qur’an dan
al-Hadits.
Tujuan tasawuf yaitu untuk berada sedekat mungkin dengan Allah dengan
jalan mensucikan jiwa.
Nabi adalah seorang yang hidupnya selalu bertafakkur dan berdzikir kepada
Allah. Dan kehidupan rohani para sahabat Nabi sangatlah mulia, mereka adalah
orang yang zuhud, sabar dan selalu memberikan apa yang mereka miliki untuk
kepentingan agama Allah.
Beberapa sahabat Nabi yang mengikuti jejak beliau diantaranya adalah Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.
Daftar
Pustaka
Hamka. 1995. Tasawuf dan
Perkembangannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas
Nata, Abudin. 2002. Akhlak
Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Nasution, Harun. 1983. Falsafah
dan Mistisisme, Jakarta: Bulan Bintang
Rosihon Anwar dan Mukhtar Sholihin. 2004. Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka
Setia
Zahri, Mustafa. 1995. Kunci memahami Ilmu Tasawuf , Surabaya: PT.
Bina Ilmu
No comments:
Post a Comment
trimakasih atas kunjungan dan komentar anda!!!